Bandung, Februari-Mei
2014
JIN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Disusun :
Hilmuttaqin (Hilmut Siddiq Al-Muttaqin)
Sumber : Agus Junaedi, M.Ag dan
www.wikipedia.co.id
A. PENDAHULUAN
Jin (bahasa arab: جن Janna) secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi "tersembunyi"
atau "tidak terlihat". Bangsa Jin dahulu dikatakan dapat menduduki
beberapa tempat dilangit dan mendengarkan berita-berita dari Allah, setelah
diutusnya seorang nabi yang bernama Muhammad maka mereka tidak lagi bisa mendengarkannya karena ada barisan yang menjaga
rahasia itu
....dan sesungguhnya kami
dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekaran barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan
menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (Al-Jin 9:72)
Asal pembentukan kata "jin" dari huruf
'jim' (ج) dan
'nun' (ن)
menunjukkan makna tertutup, Syaikh Al-Islam berkata: "Ia dinamakan jin
karena ketertutupannya dari pandangan manusia." Kata jin menurut bahasa
(Arab) berasal dari kata ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi jin
menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus.
Allah menciptakan jin sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang bersumber
dari Muhammad ibn Rafi’ dari Abd Razak.
قال
رسول الله صلى الله عليه و سلم : خلقت الملائكة من نور و خلق الجان من مارج من نار
و خلق آدم مما و صف لكم( رواه مسلم عن محمد بن رافع عن عبد الرزاق)
Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala,
dan Adam diciptakan dari apa yang kalian sifati (tanah)" (HR.Muslim).
Dalam hadis di atas,
Allah menciptakan 3 makhluk, yaitu malaikat, jin dan juga manusia. Tetapi
selain tiga makhluk esensial tersebut kita sering juga mendengan ada yang
disebut dengan setan dan iblis, seperti termaktub dalam surat Al-An’am 6:12 dan Al-Kahfi 18 :50
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي
بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا
فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah Kami
jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan
(dari jenis) jin, sebahagian mereka
membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS: Al-An’am 6:112)
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ
مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ
أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً
Dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam",
maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang
yang dzalim. (QS:Al-Kahfi 18:50)
Jadi istilah setan atau iblis dalam tulisan ini konotasinya adalah
sekelompok jin atau kalau dengan istilah lain kelompok jin
kafir. Ayat-ayat diatas, merupakan dasar teologis dan filosofis
perlunya manusia (muslim) “menjelajah” (mentadaburi) alam jin dan alam
malaikat, atau dalam istilah lain perlunya seorang muslim untuk “berhubungan”
dengan jin terlebih berhubungan dengan malaikat sebagaimana seorang muslim
berhubungan dengan sesamanya. Bukti lain bahwa seorang muslim perlu menjelajah
kedalam kedua dunia tersebut, ketiga mahluk esensial itu dijadikan sebagai nama
surat dalam al-Qur’an yakni al-insan (manusia) surat ke 76, surat al-Jin (jin) surat ke 72 dan Al-Mursalat (malaikat-malaikat yang diutus)
surat ke 77.
“Menjelajah” atau “berhubungan” yang dimaksud tentunya bukan berarti
seorang muslim masuk kedalam alam mereka, namun perlu memahami karakter dan
lingkungan mereka yang nota benenya adalah dunia gaib (kasat mata). Berhubungan
dengan dunia jin pada dasarnya disebabkan jin (setan/Iblis) adalah musuh besar
mereka yang melakukan tipu daya kepada manusia, sedangkan berhubungan dengan
dunia malaikat karena sebagian malaikat (rahmat) menjadi teman dekat manusia
sebagaimana salah satunya disebutkan dalam riwayat imam Muslim.
وَمَا
اجْتَمَعَ قوم في بيت من بيوتِ اللهِ يَتْلُونَ كتابَ اللهِ تعالى ،
ويتَدَارَسُونَهُ بينهم إِلا نَزَلَتْ عليهم السكينةُ ، وَغَشيَتهم الرحمةُ ،
وحَفَّتهمُ الملائكةُ ، وذَكَرهُمُ اللهُ فيمن عِندَهُ ،. أخرجه مسلم ، والترمذي.
"Tidak ada sekelompok orang yang berkumpul di rumah Allah, mereka
membaca dan mengkaji serta mempelajari kandungan al-Qur'an, kecuali mereka akan
diberikan ketenangan, mereka akan dicurahkan rahmat dan kasih sayang serta
mereka akan dikelilingi oleh malaikat juga Allah akan mengingat (memberikan
kasih sayang) kepada orang yang disebut dan dimilikinya", (HR. Muslim).
Pembahasan mengenai alam jin merupakan bahasan yang harus hati-hati karena
terkadang lebih banyaktahayul dan khurafatnya
ketimbang informasi yang sebenarnya. Terlebih apabila bahasan ini didasarkan
kepada hadits-hadits yang tidak jelas validitasnya. Maka tidak heran kalau
disebagian kalangan menganggap bahwa membicarakan dunia jin adalah perkara yang
terlarang atau disebut perkara syirik. Tentu saja pendapat ini menurut
hemat penulis tidak sejalan dengan semangat al-Qur’an, yakni senantiasa
mentadaburi apa yang terdapat dalam al-Qur’an , fenomena jin sangat jelas dalam
al-Qur’an selain dari surat Jin itu sendiri,sehingga orang yang tidak
mentadaburi Al-Qur’an (dunia jin) dikatakan manusia yang tidak berakal.
أَفَلَا
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?"(QS:Muhammad 47:24)
Karena pembahasan ini
termasuk pembahasan yang khathir, maka dengan bismillah,
penulis mencoba mengetengahkannya. Tentu, semua informasi sengaja diketengahkan
dengan berdasar kepada hadits-hadits yang shahih meski untuk hal yang ringan,
dikutipkan juga hadits dlaifnya, hanya tidak banyak.
Karena persoalan ini
sangat pelik dan dharuri untuk membahasnya secara
gamblang dengan tentunya berpedoman kepada al-Qur'an dan Hadits yang shahih. Dengan tulisan ini diharapkan, dapat meluruskan pemahaman keliru selama ini
tentang jin. Misalnya, pemahaman bahwa jin dapat dilihat bentuk aslinya atau
ketakutan yang berlebihan terhadap jin. Pada pembahasan nanti akan nampak,
bahwa tidak ada alasan manusia harus takut berlebihan kepada jin, karena jin
juga jauh lebih takut oleh manusia. Manusia harus takut hanyalah oleh Allah. Di
samping itu,dengan tulisan ini juga diharapkan, para pembaca akan lebih
bersemangat dan sungguh- sungguh melaksanakan ibadahnya, karena ternyata
ibadahnya itulah yang membentengi dari gangguan jin jahat. Juga agar pembaca
mengetahui apa saja perbuatan dan tujuan serta target setan, apa kelemahan dan
apa senjata yang harus dipersiapkan dalam menghadapinya. Di atas semua itu,
tulisan ini diharapkan dapat mempertebal keimanan kita kepada Allah Subhanahu
wa Ta’alayang telah menciptakan jin, bahkan yang menjaga
orang-orang mukmin dari gangguan jin jahat (setan).
Dalam tulisan ini apabila ada istilah setan (syaitan) maka
yang dimaksud adalah jin kafir atau jahat.
Berikut kajian
deskriptifnya.
B. PENGERTIAN JIN, SETAN
DAN IBLIS
Alam jin adalah alam yang berdiri sendiri, ia terpisah dan berbeda dengan
alam manusia namun keduanya hidup dalam dunia yang sama, kadang tinggal dalam
rumah yang dibangun atau di diami manusia. Keduanya pun mempunyai kesamaan
yakni berkewajiban untuk beribadah kepada Allah: "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali
hanyalah untuk beribadah kepadaKu" (QS. Adz-Dzariyat 51:56).
Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam
al-Marjan fi Ahkam al- Jann,mengatakan bahwa makhluk ini disebut
dengan jin karena
secara bahasa jin artinya yang
tersembunyi,terhalang,
tertutup. Disebut
jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata
manusia. Oleh karena itu, bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut janin (kata janin dan jin
memiliki kata dasar yang sama yakni jann)
karena ia tidak dapat dilihat dengan mata. Demikian juga orang gila dalam
bahasa Arab disebut dengan majnun (dari kata jann juga) karena akal sehatnya
sudah tertutup dan terhalang.
Sedangkan kata setan, dalam bahasa Arab berasal dari
kata syathona yang
berarti ba'uda (jauh, yakni yang selalu
menjauhkan manusia dari kebenaran). Kemudian kata syaithan ini digunakan untuk setiap
mahluk berakal yang durhaka dan membangkang (kullu
'aat wa mutamarrid). Pada awalnya istilah setan (syaitan) ini
diberikan kepada salah satu golongan jin (Iblis) yang beribadah kepada Allah
dan tinggal bersama dengan malaikat di dalam surga. Akan tetapi ketika mereka
menolak untuk sujud kepada Adam karena membangkang kepada perintah Allah, maka
diusirnya dari surga dan sejak itu ia menjadi makhluk yang terkutuk/terlaknat
sampai hari kiamat kelak.
Tidak semua jin adalah Setan (syaitan). Karena, jin juga ada yang shaleh,
ada yang mukmin. Jadi setan hanyalah ditujukkan untuk jin yang membangkang
(kafir, munafik, musyrik dst). Demikian juga tidak semua setan adalah jin.
Karena dalam surat an-Nas ditegaskan, bahwa setan juga
ada dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka dan selalu
menjauhkan manusia lainnya dari petunjuk Allah, mereka dinamakan syaithan.
وَأَنَّا
مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَداً
Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shaleh dan di antara
kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda.(al-Jin 72:11)
Dilihat dari struktur kalimat, atau dalam tinjauan kaidah sharfiyah, setan (syaitan) merupakan
bentukkalimat isim ‘alam (nama sesuatu) dia adalah laqab (gelar) yang diberikan Allah
kepada setiap mahluk yang berakal (jin dan manusia) yang membangkang terhadap
perintah Allah. Oleh karenanya penyebutan syaitan (setan) dapat dikenakan
kepada jin dan manusia sebagaimana tersurat dalam ayat-ayat diatas.
Merujuk kepada kisah Adam dan Iblis dari ayat 12-20 surat al-‘Araf, gelar
setan diberikan Allah untuk pertama kalinya kepada Iblis tatkala dia menyatakan
alasan penolakan untuk sujud kepada Adam. Dan pada surat Thaha 20:117 , Allah
memberi peringatan kepada Adam bahwa mahluk yang terkutuk itu akan menjadi
musuh Adam dan Istrinya. Dan pada surat Yasin 36:60 , Allah menegaskan kembali
gelar setan diberikan kepada musuh Adam tersebut dan dijadikan peringatan bagi
anak cucu Adam. Berikut runtut ayat-ayat dimaksud yang artinya:
1. Allah berfirman:
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang hina". Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka
dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya
kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,
dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: "Keluarlah
kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang
siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka
Jahanam dengan kamu semuanya". (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu
di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu
berdua termasuk orang-orang yang dzalim". Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan
berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal
(dalam surga)". (Al-‘Araf 7:12-20)
2. Maka kami berkata:
"Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu,
maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117)
3. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu
tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
kamu", (Yasin 36: 60)
Adapun Iblis terambil dari kata al-balas yang berarti orang yang tidak
mempunyai kebaikan sedikitpun (man la
khaira 'indah), atau terambil dari kata ablasa yang berarti putus asa dan
bingung (yaisa wa tahayyara).
Disebut iblis (putus asa) karena mereka merasa putus asa dengan rahmat Allah,
juga disebut iblis lantaran mereka tidak pernah berbuat kebaikan sedikitpun.
Menurut satu riwayat, dahulunya iblis ini bernama Naail, akan tetapi sejak ia
membangkang dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia dirubah
nama menjadi syaithan.
C. UNSUR PENCIPTAAN JIN
Tentang asal kejadian jin,
Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin
diciptakan dari api yang sangat panas, dijelaskan dalam Al-Hijr dan Ar-Rahman,
"...dan kami telah
menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (Al-Hijr
15:27)
"...dan Kami telah
menciptakan jin dari nyala api." (Ar-Rahman 55:15)
Ibnu
Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adh-Dhahak berkata, bahwa yang dimaksud dengan firman
Allah: "Dari nyala api, ialah dari api murni". Yang di maksud dengan
api murni adalah tidak tercampur dengan unsur lain, seperti halnya manusia
diciptakan dari berbagai unsur tanah.
Mereka juga berpendapat bahwa yang dimaksud
"api yang sangat panas" (nar al-samum) atau "nyala
api" (nar) dalam firman Allah di atas ialah "api murni".
Ibnu Abbas pernah pula mengartikannya "bara api", seperti dikutip
dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas:
"Dari bara api." Riwayat ini ditemukan dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Dalilnya dari hadits riwayat Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat diciptakan dari
cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang
disifatkan (diceritakan) kepada kalian."
Jin dikatakan memiliki tanduk, berukuran
kecil dalam kisah lain dikatakan
kecil seperti lalat memiliki sayap.
Menurut ajaran Islam, jin dapat melihat
manusia, namun sebaliknya manusia tidak dapat melihat mereka dalam wujud
aslinya. Jikalau ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang dilihatnya
itu adalah jin yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata
manusia biasa.
"Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman." (Al-A'rof 7:27)
Kemudian tidak seorangpun mampu melihat
jin, kecuali bila mereka mengubah diri (menjelma) dalam berbagai bentuk. Hanya nabi dan rasul saja yang sanggup melihat wujud aslinya.
Ada beberapa riwayat yang menjelaskan bahwasanya mereka mengubah diri ke
dalam berbagai bentuk seperti di antaranya:
·
Menjadi seorang
lelaki miskin,
·
Menjadi seorang Syaikh dari Najd,
·
Berbentuk ular,
·
Berbentuk tikus.
Jin bisa berujud seperti manusia siapapun kecuali sosok Nabi Muhammad, mereka dapat mengubah wujud mereka
menjadi hewan apapun. Serta bisa berujud Bani
Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam
bentuk Suraqah
bin Malik kala mereka
hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak,
seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih
signifikan bagi kekuatan jin dan mempunyai kekuatan panas. Beberapa
hewan dianugerahi bisa melihat jin, seperti keledai dan anjing.
D. LELUHUR JIN
1. Azâzîl (Arab: عزازل ‘Azāzīl, Inggris: Azazel, Izazil) adalah nama asli dari Iblis yang merupakan bapak dari bangsa jin, sedangkan pendapat lain mengatakan
bahwa nama asli Iblis adalah al-Harits. Menurut
syariat Islam `Azâzîl adalah pemimpin kelompok syaitan dari kalangan jin dan manusia.
Sebelum diciptakannya Adam, Azâzîl pernah menjadi Imam para Malaikat (Sayyid al-Malaikat) dan Khazin
al-Jannah (Bendaharawan
Surga), selama beberapa puluh ribu tahun sebelum membangkang kepada Allah. Nama
Azazil dapat ditemukan dalam beberapa kitab tafsir, diantaranya dalam kitab
Tafsir Ibnu Katsir, (Mujallad I-1/76 – 77), Tafsir Al- Khozin – Tafsir Al-
Baghowi (I-1/48).
Kata Azazil merupakan bahasa Arab Kuno yang
terdiri dari dua suku kata yaitu Aziz (عزيز) yang
berarti terhormat, berharga, sangat kuat dan (ال) Eil yang merupakan penamaan Allah di zaman Arab Kuno. Azazil secara harfiah
berarti Makhluk kuat Allah atau Makhluk terhormat Allah.
Azâzîl terdiri atas al-‘azâz yang berarti 'hamba' dan al-îl yang berarti 'Allah' . Kata al-‘azâz berasal dari al-‘izzah yang berarti kebanggaan atau
kesombongan atau dapat diartikan sebagai mahluk yang membawa kesombongannya
milik Allah Dinamakan demikian karena ia tercipta dari api. Kata al-‘azâz (العزاز)
terdiri dari empat huruf, yaitu huruf ‘ain, zây,alif, dan zây yang kedua. Masing-masing huruf
menunjukkan sepak terjang iblis, karena setiap nama itu menunjukkan perbuatan
pemiliknya.
Dari huruf ‘ain muncul kata ‘ulluw
‘kesombongan’, dari huruf zây muncul kata zuhw ‘sikap takabur’, dari huruf alif
muncul kata ibâ’ ‘pembangkangan’ dan istikbâr ‘sifat angkuh’. Kesombongan,
sikap takabur, pembangkangan, dan sifat angkuh merupakan sifat-sifat yang
dimiliki iblis. Inilah tafsir nama asli iblis yaitu Azâzîl.
Azâzîl sangat banyak memiliki
julukan, seperti Sayid
al-Malaikat dan Khazin al-Jannah. Di setiap
langit ia memiliki julukan yang sangat bagus, berikut
nama nama julukannya :
·
Langit pertama ar-Rafii'ah,
Ahli ibadah (al-Abid),
·
Langit
kedua al-Maa'uun, Ahli
ruku (ar-Raki),
·
Langit
ketiga al-Maziinah, Ahli
sujud (as-Saajid),
·
Langit
keempat az-Zahirah, Selalu
merendah dan takluk kepada Allah (al-Khaasyi),
·
Langit
kelima al-Muniirah, Selalu
ta'at (al-Qaanit),
·
Langit
keenam al-Khaliishah,
Bersungguh-sungguh dalam beribadah (al-Mujtahid),
·
Langit
ketujuh al-Ajiibah,
Sederhana dalam menggunakan sarana hidup (az-Zahid).
Sebelum dilaknat oleh Allah, Azâzîl memiliki wajah rupawan cemerlang, mempunyai empat sayap, banyak ilmu,
terbanyak dalam hal ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat
dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyyuun, memiliki tempat dibeberapa langit,
mendengarkan berita-berita rahasia Tuhan dan masih banyak lagi.
...dan sesungguhnya kami dahulu dapat
menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa
yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api
yang mengintai (untuk membakarnya) (Al-Jin 9:72)
Setelah ia enggan untuk bersujud kepada
Adam, Allah memanggilnya Iblis dan mengubahkan mukanya pada asalnya
yang sangat indah cemerlangan menjadi bentuk seperti babi hutan. Allah mengubah kepalanya seperti
kepala unta,
dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan
wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti ketel tukang bekam, kedua bibirnya
seperti bibir lembu,
taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.
Azazil atau Azazel dalam Perjanjian Lama (kristen) adalah kambing jantan yang akan digunakan sebagai korban
penghapus dosa. Upacara penyucian dosa ini pertama kali diberikanAllah kepada Adam setelah manusia jatuh ke dalam dosa, dan di lanjutkan
kembali oleh Nabi Musa pada saat umat Israel keluar dari perbudakan bangsa Mesir.Imamat
16.
Karena
pelanggaran pada hukum Allah menuntut nyawa dari si pelanggar.
Darah yang melambangkan hutang nyawa orang yang berdosa yang kesalahannya
ditanggungkan kepada korban, lalu dibawa imam ke dalam bilik yang kudus dan
memercikannya di hadapan tirai penghubung, yang di belakangnya terdapat tabut
perjanjian yang berisi hukum yang dilanggar oleh orang berdosa itu. Dengan
upacara ini dosa-dosa melalui darah, dipindahkan secara simbolis ke tempat
kudus. Dalam beberapa kasus, darah tidak di dibawa ke bilik yang suci, tetapi
dagingnya kemudian akan dimakan oleh imam, sebagaimana Musa memberi petunjuk kepada anak-anak Harun dengan mengatakan,"Tuhan
memberikan kepadamu, supaya kamu mengangkut kesalahan umat." Imamat
10:17.
Dengan
demikian dosa-dosa umat Israel
dipindahkan. Sekali setahun, pada hari besar pendamaian, imam memasuki bilik
yang maha kudus untuk membersihkan dan memulihkan tempat kudus. Pekerjaan ini
dilakukan untuk mengakhiri pelayanan tahunan. Pada hari pendamaian dua ekor
kambing jantan (=yang akan ditentukan bagi Azazel atau Mesias) dibawa ke pintu kemah suci, lalu dibuang undi
bagi keduanya, sebuah undi bagi TUHAN,
dan sebuah lagi bagi Azazel(pembuangan
total) (Imamat 16:8). "Kambing yang
terundi bagi Tuhan akan disembelih sebagai korban
persembahan banyak orang.Dan imam akan membawa darahnya ke dalam tirai
selubung, dan memercikan ke atas mezbah pedupaan yang ad dihadapan tirai
selubunng.
"Korban
yang menjadi undi Mesias yang
disembelih dan dagingnya dimakan itu merupakan lambang bahwa umat Israel sudah
menjadi satu dengan Mesias yang
selalu memuliakan hukum Allah dan darah yang di percik itu adalah
darah yang menguduskan dan mendamaikan manusia dari dosanya".
Dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke
atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kambing itu
segala kesalahan umat Israel dan
segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan
semuanya itu ke atas kepala kambing jantan (Azazel) itu dan kemudian
melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap
sedia dengan itu. Demikianlah kambing jantan itu (Azazel) harus mengangkut
segala kesalahan Israel ke
tanah yang tandus dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun (Imamat
16:21,22). Orang yang menggiringnya ke padang gurun harus membasuh dirinya dan
pakaiannya dengan air sebelum kembali ke perkemahan.
Seluruh
upacara itu dimaksudkan untuk memberi kesan kepada orang Israel mengenai kekudusan Allah dan kebencianNya kepada dosa. Dan
lebih jauh, untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak boleh
berhubungan dengan dosa tanpa menjadi cemar dan najis. Karena Allah tidak pernah sedikitpun mengijinkan
dosa, walaupun umatNya sering melakukan amal dan berprilaku sangat baik, hanya
dengan setitik dosa saja manusia tetap tidak berkenan di hadapan Allah.
Walau begitu keselamatan sudah tergenapi oleh Darah Yesus di Kayu Salib.
2. Iblis (bahasa Arab: إبليس, iblīs) adalah nama diri untuk
sesosok makhluk ciptaan Allah,
yang merupakan musuh umat manusia, terutama menurut ajaran agama Kristen dan Islam.
Dalam
agama Islam, nama "iblis" merupakan julukan yang diberikan kepada
nenek moyang jin, Menurut agama Islam, nama aslinya Azazil. Menurut ajaran Islam dijelaskan bahwa Allah
menciptakan tiga jenis makhluk berakal budi yaitu malaikat yang diciptakan dari cahaya (nuur), jin dari api (naar), dan manusia dari tanah (turaab).
Menurut
agama Kristen, Iblis adalah malaikat yang memberontak kepada Allah, sehingga
dibuang dari sorga dan kemudian menghasut manusia untuk berdosa. Di dalam Alkitab Ibrani atau Alkitab bahasa Indonesia bagian Perjanjian Lama kata "Iblis" hanya dipakai
di 3 kitab, yaitu Kitab 1 Tawarikh, Kitab Ayub, dan Kitab Zakharia, yang merupakan terjemahan
kata bahasa Ibrani: (syatan atau "Setan"),
yang berarti musuh. Di bagian Perjanjian Baru, Iblis disebutkan berusaha
membawa manusia jauh dari Allah, malahan mencobai Yesus Kristus meskipun
gagal dan diusir pergi oleh Yesus.
Karenanya Iblis disebut sebagai musuh atau lawan
bagi orang-orang Kristen. Kata Iblis dalam bagian Perjanjian Baru ini diterjemahkan dari bahasa Yunani: διάβολος (diabolos, artinya
"pemfitnah', "penghasut") yang dalam bahasa Inggris disebut devil.
Dalam bahasa
Arab nama Iblis berasal dari kata balasa بَلَسَ, yang artinya
menyesal. Maka nama Iblis diartikan "Yang akan terus menyesal di dunia dan
di akhirat". Iblis dahulunya beribadah kepada Allah, berwajah tampan dan
berpenampilan baik. Namun setelah Allah menciptakan Adam sebagai khalifah, maka iblis mengingkarinya. sejak saat itu Iblis menjadi musuh utama yang sebenar-benarnya
bagi anak cucu Adam (semua
umat manusia). Wajahnya menjadi buruk rupa dan menjadi mahluk yang pertama kali
berbohong di alam semesta ini.
Salah satu kutipan Al Quran yang cukup detil mengenai asal mula kisah Adam dan Iblis terdapat dalam Surat Shaad ayat 71-85 sebagai
berikut:
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila
telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh
malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah
dia termasuk orang-orang yang kafir".
Allah
berfirman : "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang
telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri
ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?"
Iblis berkata: "Aku lebih
baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau
ciptakan dari tanah".
Allah berfirman : "Maka keluarlah kamu dari
surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,sesungguhnya kutukan-Ku
tetap atasmu sampai hari pembalasan".
Iblis
berkata : "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka
dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan
waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku
akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara
mereka".
Allah
berfirman : "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah
yang Ku-katakan". Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam
dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka
kesemuanya". (Shaad
38:71-85)
Sejak penciptaan manusia Adam, Iblis diperintahkan Allah untuk bersujud kepadanya, namun Iblis tidak mau sujud
kepadanya. Oleh karena itu, Iblis di keluarkan oleh Tuhan dari Surga dan menjadi mahluk yang terkutuk.
Dalam
sebuah hadits diterangkan bahwa ketika para penghuni neraka sudah
sampai di neraka, di situ disediakan sebuah mimbar, pakaian, mahkota dan tali untuk mengikat Iblis, yang kesemuanya
itu terbuat dari api.
Kemudian ada suara yang memerintahkan Iblis untuk naik ke
mimbar: “Wahai Iblis, naiklah kamu ke atas mimbar dan berbicaralah kamu kepada
penghuni neraka.”
Maka dia
pun naik ke mimbar dan berkata: “Wahai para penghuni neraka.”
Semua orang yang berada dalam neraka mendengar ucapannya
dan memandang ke arah pemimpin mereka itu. “Wahai orang-orang yang kafir dan orang-orang munafiq, sesungguhnya Allah SWT telah menjanjikan kepadamu dengan janji yang benar
bahwa kamu semua mati lalu akan dihimpun dan dihisab menjadi dua kumpulan. Satu kumpulan ke surga dan satu kumpulan ke neraka .”
Iblis berkata lagi : “Kalian semua menyangka bahwa kalian
semua tidak akan meninggalkan dunia bahkan kamu semua menyangka akan tetap berada di dunia.
Tidaklah ada bagiku kekuasaan di atasmu melainkan aku hanya mengganggu kalian semua".
“Akhirnya kalian semua mengikuti aku, maka dosa itu untuk kamu. Oleh itu janganlah kamu mengumpat aku,
mencaci aku, sebaliknya umpatlah diri kamu sendiri, karena sesungguhnya kamu
sendirilah yang lebih berhak mengumpat dari pada aku yang mengumpat...”
“Mengapakah kamu tidak mau menyembah Allah SWT? Sedangkan Dia yang menciptakan segala sesuatunya...”
“Hari ini aku tidak dapat menyelamatkan kamu semua dari siksa Allah, dan kamu juga tidak akan dapat menyelamatkan aku.
Sesungguhnya pada hari aku telah terlepas dari apa yang telah aku katakan
kepada kamu, sesungguhnya aku diusir dan ditolak dari keharibaan Tuhan".
Setelah ahli neraka mendengar kata-kata Iblis itu, lalu
mereka melaknati Iblis. Setelah itu Iblis dipukul oleh Malaikat Zabaniah dengan tombak yang terbuat dari api dan jatuhlah dia ke dasar Neraka
yang paling bawah, dia kekal selama-lamanya bersama-sama dengan orang-orang
yang menjadi pengikutnya.
Malaikat Zabaniah lalu berkata kepada Iblis dan
pengikutnya : “Tidak ada kematian bagi kamu semua dan tidak ada pula bagimu kesenangan,
kamu kekal di Neraka untuk selama-lamanya".
E. KEADAAN DAN SIFAT-SIFAT
JIN
1. Nama dan Jenis Jin
Ibnu Abdil Bar sebagaimana dikutip oleh Imam asy-Syibli
dalam bukunya, Akamul Marjan fi Ahkamil Jan,
menuturkan bahwa jin menurut ahli kalam dan bahasa Arab, mempunyai beberapa
tingkatan:
Ø Apabila
dimaksudkan jin secara umum, namanya jinny.
Ø Jin yang suka tinggal bersama
manusia disebut dengan Aamir dan
bentuk jamak (pluralnya) adalah 'Ammar.
Ø Jin yang seringkali menampakkan wujudnya
atau mengganggu anak-anak kecil disebut denganArwah
Ø Jin yang selalu berbuat jahat dan
seringkali muncul menjelma dalam berbagai bentuknya adalahSyaithan.
Ø Apabila jin tersebut disamping
berbuat jahat, menjelma, juga berbuat hal lain yang lebih berat dari itu,
seperti membunuh dan lainnya disebut dengan Marid
Ø Jin yang lebih jahat dari Marid dan memiliki kemampuan dan
kekuatan yang lebih dahsyat lagi disebut dengan Ifrit, bentul jamaknya (pluralnya) Afariit.
Ø Sedangkan Iblis adalah nenek moyangnya jin kafir
(syaithan). Menurut Abul Mutsanna dan Ibnu Abbas, pada awalnya, Iblis ini
bernama Naail. Ketika mereka membangkang
perintah Allah, Allah kemudian melaknatnya, dan diganti nama dengan Syaithan.
Iblis ini mempunyai nama kunyah(samaran) Abu
Kadus (Bapak
Penimbun, maksudnya menimbun manusia agar selalu dalam perbuatan dosa).
Ø Selain nama-nama di atas, nama-nama
syaithan (jin kafir) lainnya adalah Hubab, Syihab, Ajda' dan Asyhab, hal ini sebagaimana dikatakan dalam hadits-hadits
berikut ini, namun umumnya hadits- haditsnya lemah (dhaif) :
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لعبد الله بن أبي بن سلول وكان اسمه حباب فقال أنت عبد الله فإن حبابا اسم شيطان
Artinya : "Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul yang namanya
dahulu adalah Hubab : "Nama kamu sekarang adalah Abdullah karena Hubab itu
adalah nama setan" (HR. Ibn Sa'ad dan haditsnya
Gharib)
عن مسروق قال : لقيت عمر بن الخطاب
فقال : ما اسمك ؟ فقلت : مسروق بن الأجدع فقال : سمعت رسول الله يقول : « الأجدع
شيطان »
Artinya : "Masruq pernah bertutur
bahwasannya ia pernah bertemu dengan Umar bin Khatab, lalu Umar bertanya :
"Siapa nama kamu?" saya menjawab: "Masruq bin al-Ajda'"
Umar lalu berkata kembali: "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Al-Ajda' itu adalah nama
setan" (HR. Ibn Abi Syaibah)
عن عائشة قالت : سمع النبي صلى الله
عليه و سلم رجلا يقال له شهاب قال : بل أنت هشام أن شهاب اسم شيطان
Artinya : "Dari Aisyah berkata :
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendengar seorang laki-laki yang bernama Syihab. Rasulullah lalu berkata
kepadanya: "Nama kamu sekarang adalah Hisyam, karena Syihab itu adalah
nama setan" (HR. Baihaqi)
عَن مُجَاهِدٍ ، قَالَ : عَطَسَ
رَجُلٌ عِنْدَ ابْنِ عُمَرَ فَقَالَ : أَشْهَبُ ، قَالَ ابْنُ عُمَرَ : أَشْهَبُ اسْمُ شَيْطَانٍ ،
وَضَعَهُ إبْلِيسُ بَيْنَ الْعَطْسَةِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لِيُذْكَرَ
Artinya : "Suatu hari seorang laki-laki
bersin di samping Ibnu Umar, lalu ia berkata: "Asyhab". Ibnu Umar
kemudian berkata: "Asyhab adalah nama setan yang sengaja ditempatkan oleh
Iblis di antara bersin dan mengucapkan alhamdulillah, agar namanya selalu
diingat" (HR. Ibn Abi Syaibah)
Sedangkan menyangkut jenis dan kelompok jin, Rasulullah
pernah bersabda bahwa jin itu terbagi tiga golongan: pertama,
jin yang selalu beterbangan di udara, kedua, jin yang berwujud dalam bentuk
ular dan anjing, dan ketiga, jenis jin yang selalu berdiam
diri (punya rumah dan tempat) dan senang bepergian. Dalam sebuah hadits
dikatakan :
عن أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه
قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * الجن ثلاثة أصناف صنف لهم أجنحة يطيرون في
الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون ويظعنون
Artinya : "Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri
dari tiga kelompok. Pertama, jin yang
selalu beterbangan (melayang) di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan
anjing- anjing dan ketiga, jin yang mempunyai tempat tinggal dan suka
bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki dengan sanad yang shahih)
2. Wujud
Jin
Jin (setan) adalah makhluk Allah yang berbeda alam dan unsur penciptaannya,
sehingga jelas manusia tidak akan mungkin dapat melihat dalam wujud aslinya.
Hal ini ditegaskan dalam surat Al-‘Araf 7:27
إِنَّهُ
يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ
Artinya : "Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat
kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka" (QS. Al-Araf 7: 27)
Kecuali dalam kondisi tertentu yang itu pun sangat jarang
terjadi. Kondisi dimaksud misalnya ketika seseorang meminum air sihir dari
dukun, atau karena jin telah berubah wujud misalnya menyerupai hewan. Tapi
sekali lagi hal itu sangatlah jarang. Tidak dapat dilihatnya jin dalam bentuk
aslinya, tentu ini merupakan rahmat bagi manusia, karena dengan demikian
manusia bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Sedangkan keadaan
wujud jin itu sendiri menurut beberapa ayat dan hadits sebagai berikut :
a. Sebagian hewan dapat
melihat wujud jin misalnya anjing dan keledai
عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله
عليه و سلم قال : إذا سمعتم صياح الديكة من الليل فإنها رأت ملكا فسلوا الله من فضله
وإذا سمعتم نهاق
الحمير من الليل فإنها رأت شيطانا فتعوذوا بالله من الشيطان
Artinya :
"Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
"Apabila
kamu mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka
mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar ringkikan keledai,
berlindunglah kepada Allah dari godaan dan tipu daya syaithan karena keledai
itu telah melihat syaithan". (HR. Bukhari
Muslim)
Dalam hadits lain dikatakan :
عَنْ
جَابِرٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله
عَلَيه وسَلَّم يَقُولُ : إِذَا سَمِعْتُمْ
نُبَاحَ الْكِلاَبِ ، أَوْ نُهَاقَ الْحَمِيرِ مِنَ اللَّيْلِ فَتَعَوَّذُوا
بِاللهِ فَإِنَّهُنَّ يَرَيْنَ مَالاَ تَرَوْنَ
Artinya: "Dari
Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila kalian mendengar anjing menggonggong dan himar meringkik, maka
berlindunglah kepada Allah karena sesungguhnya mereka itu melihat sesuatu yang
kalian tidak dapat melihatnya" (HR. Abu Dawud dalam shahih sunannya).
b. Jin memiliki wujud yang
sangat jelek
Jin (setan), memiliki bentuk yang sangat jelek. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an ketika Allah menyamakan pohon Zaqum yang
tumbuh di dasar neraka, dengan kepala setan dalam hal sama-sama buruk bentuk
dan rupanya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah surat ash-Shafat
ayat: 64-65 :
إِنَّهَا
شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ
الشَّيَاطِينِ
Artinya:
"Sesungguhnya dia (pohon Zaqum) adalah sebatang pohon yang ke luar dan
dasar neraka yang
menyala. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan" (QS. As-Shafat 37: 64-65).
c. Jin mempunyai dua
tanduk dan sayap
عن
ابن عمر : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( لا تحروا بصلاتكم طلوع الشمس ولا غروبها فإنها تطلع بقرني شيطان
Artinya:
"Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian
bermaksud untuk shalat
ada waktu matahari terbit juga pada waktu matahari
terbenam, karena pada kedua waktu itu saat dimanap
dua tanduk setan muncul"
(HR. Muslim).
عن
أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * الجن ثلاثة
أصناف صنف لهم أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون ويظعنون
Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri dari tiga
kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang) di udara, kedua, jin
dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin yang mempunyai tempat
tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki dengan sanad yang shahih).
Dalam riwayat lain dikatakan :
عبيد الله، قال: سُئل الضحاك هل للشياطين أجنحة؟ فقال: كيف يطيرون
إلى السماء إلا ولهم أجنحة.
Artinya:
"Ubaidullah berkata: Imam adh-Dhahhak pernah ditanya: "Apakah setan
mempunyai sayap?" ia menjawab: "Bagaimana mereka dapat terbang menuju
langit kalau mereka tidak memiliki sayap”
(HR. Ibnu Jarir).
3. Tempat
Tinggal Jin
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa di
antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut:
a. Di tempat-tempat kotor
seperti Toilet dan tempat sampah.
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا أَتَى
أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ
وَالْخَبَائِثِ »
Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni
oleh Jin. Oleh karena itu,
apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah : Allahumma inni
audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari
gangguan
jin laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu
Majah dan Ahmad)
Kata muhtadhirah dalam hadits di atas maksudnya
adalah dihadiri atau ditempati oleh jin (yahdiruhal
jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti
WC itu hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat
bersih dan wangi.Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali
memasuki toilet atau WC untuk berdo'a : "bismillahirrahmanirrahim
allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits", karena
dengan berdoa demikian, jin kafir itu tidak akan mengganggu kita sekaligus
tidak akan dapat melihat aurat kita ketika mandi. Hal ini sebagaimana
:disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : سَتْرُ مَا
بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ
الْخَلاءَ أَنْ يَقُولَ : بِسْمِ اللَّهِ
Artinya : "Dari Ali, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila seseorang masuk WC kemudian berdoa : "
bismillahirrahmanirrahim ", maka mata jin akan tertutup dan tidak akan
dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
b. Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir.
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ - قَالَ - فَبِتْنَا
بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ - قَالَ - فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ « أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ ».
Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra berkata:
"Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di
lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diculik dan
disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan.
Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari
arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: "Ya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana
kemari akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat
tidak menyenangkan". Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda:
"Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya
pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu Mas'ud kemudian
berkata kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat
bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu
kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam menjawab: "Makanan
kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa
dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama
Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian".
RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian
(para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil
atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan
keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan
sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).
c. Di lobang-lobang.
عبد الله بن سرجس - رضي الله عنه -
: «أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم- نهى أن يُبالَ في الجُحْرِ ، قالوا لقتادة : ما
يُكرهُ من البول في الجُحْرِ ؟ قال : كان يُقال : إنها مَسَاكِنُ الجِنِّ».
Artinya: "Dari
Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
"Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka
bertanya kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?"
Qatadah menjawab: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan karena lobang itu adalah tempat
tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad).
d. Di rumah-rumah
Jin juga tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya
saja, jin yang tingal di atas atap rumah orang-orang beriman hanyalah jin
muslim. Dalilnya adalah hadits berikut ini:
ما من أهل بيت من المسلمين إلا وفي
سقف بيتهم من الجن من المسلمين إذا وضع غذائهم نزلوا فتغدوا معهم وإذا وضعوا
عشاءهم نزلوا فتعشوا معهم يدفع الله بهم عنهم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak
ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi
bersama mereka. Apabila makan sore
dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim.
Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan
jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari).
e. Di pasar-pasar (Mall)
Selain
di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar atau Mall. Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah berwasiat kepada
para sahabat yang lain:
عن سلمان قال قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم * لا تكن أول من يدخل السوق ولا آخر من يخرج منها فإنها معركة أو
قال مربض الشيطان وبها رايته
"Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang
pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari
pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di
pasarlah syaithan menancapkan benderanya" (HR. Muslim).
f. Di kandang unta
لا تصلوا فى مبارك الإبل فإنها من
الشياطين وصلوا فى مرابض الغنم فإنها بركة
Artinya:
"Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda:
"Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan,
shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu
Dawud dan Ibnu Majah).
F. JIN
SEBAGAI QORIN DAN KHODAM
Jin ada yang disebut sebagai
Qorin. Yang dimaksud dengan qarin dalam surat Qaaf 50:27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai "Qarin dari kalangan Jin".
Allah
berfirman, yang artinya : ”Yang menyertai dia (qarin) berkata pula: 'Ya
Tuhan kami, aku tidak menyesatkan tetapi dialah (manusia) yang berada dalam
kesesatan yang jauh... (QS Qaaf 50:27)
Manusia dan qarinnya itu akan
bersama-sama pada hari berhisab nanti. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Aisyah ra mengatakan:
”Rasulullah
SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia
kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: "Apakah
kamu telah didatangi syetanmu?" "Apakah syetan bersamaku?" Jawabku, "Ya,
bahkan setiap manusia." Kata Nabi
Muhammad SAW. "Termasuk
engkau juga?"Tanyaku lagi. "Betul,
tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya." Jawab
Nabi (HR Ahmad).
Berdasarkan hadits ini, Nabi
Muhammad juga ternyata didampingi qarin.
Hanya qarin itu
tidak berkutik terhadapnya. Lalu bagaimana mendeteksi keberadaan jin (misalnya
di rumah kita), apa tanda-tanda seseorang kemasukan jin? Tidak ada cara atau
alat yang bisa mendeteksi keberadaan jin. Sebab jin dalam wujud aslinya
merupakan makhluk ghaib yang tidak mungkin dilihat manusia.
”Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat mereka”. (Al-A'raf 7:27)
Manusia yang
biasa tidak mampu melihat jin, melainkan mereka yang telah diizinkan
Allah.Didalam Al-Quran melarang sama sekali kita meminta pertolongan kepada
Jin, ini membuktikan terdapat beberapa bilangan manusia yang mampu melihat dan
berbicara dengan mereka. Ada juga sesetengah ahli agama yang tersilap bicara
diatas nafsu mereka seperti mengatakan Jin memakan asap padahal perkara ini
tidak disebut sama sekali di dalam Al-Quran.
”...dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di
antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (Al-Jin 72:6)
Jin juga bisa sebagai khodam. Yang dimaksud khodam dalam uraian ini adalah
penjaga yang didatangkan dari dunia ghaib untuk manusia, bukan untuk benda
bertuah. Didatangkan dari rahasia urusan Ilahiyah yang terkadang banyak
diminati oleh sebagian kalangan ahli mujahadah dan riyadlah tetapi dengan cara
yang kurang benar. Para ahli mujahadah itu sengaja berburu khodam dengan bersungguh-sungguh.
Mereka melakukan wirid-wirid khusus, bahkan datang ke tempat-tempat yang
terpencil. Di kuburan-kuburan tua yang angker, di dalam gua, atau di tengah
hutan. Ternyata keberadaan khodam tersebut memang ada, mereka disebutkan di
dalam al-Qur’an al-Karim. Diantara mereka ada yang datang dari golongan Jin dan
ada juga dari Malaikat, namun barangkali pengertiannya yang berbeda. Karena
khodam yang dinyatakan dalam Al- Qur’an itu bukan berupa kelebihan atau linuwih
yang terbit dari basyariah manusia yang disebut “kesaktian”, melainkan berupa
sistem penjagaan dan perlindungan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh sebagai buah ibadah yang mereka lakukan.
Sistem perlindungan
tersebut dibangun oleh rahasia urusan Allah s.w.t yang disebut “walayah”,
dengan itu supaya fitrah orang beriman tersebut tetap terjaga dalam kondisi
sebaik-baik ciptaan. Allah s.w.t menyatakan keberadaan khodam-khodam tersebut
dengan firman-Nya:
”Bagi manusia ada
penjaga-penjaga yang selalu mengikutinya, di muka dan di belakangnya, menjaga
manusia dari apa yang sudah ditetapkan Allah baginya. Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubahnya sendiri”. (QS.
ar-Ra’d; 13/11)
Lebih jelas dan
detail adalah sabda Baginda Nabi s.a.w dalam sebuah hadits shahihnya: “Hadits
Abi Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah
apabila mencintai seorang hamba, memanggil malaikat Jibril dan berfirman :
“Sungguh Aku mencintai seseorang ini maka cintailah ia”. Nabi s.a.w bersabda:
“Maka Jibril mencintainya”. Kemudian malaikat Jibril memanggil- manggil di
langit dan mengatakan: “Sungguh Allah telah mencintai seseorang ini maka
cintailah ia, maka penduduk langit mencintai kepadanya. Kemudian baginda Nabi
bersabda: “Maka kemudian seseorang tadi ditempatkan di bumi di dalam kedudukan
dapat diterima oleh orang banyak”. (HR Bukhori dan Muslim )
Dan juga sabdanya:
“Hadits Abi Hurairah r.a Sesungguhnya Rasulullah s.w.t bersabda: “Mengikuti
bersama kalian, malaikat penjaga malam dan malaikat penjaga siang dan mereka
berkumpul di waktu shalat fajar dan shalat ashar kemudian mereka yang bermalam
dengan kalian naik (ke langit), Tuhannya bertanya kepada mereka padahal
sesungguhnya Dia lebih mengetahui keadaan mereka: di dalam keadaan apa hambaku
engkau tinggalkan?, mereka menjawab: mereka kami tinggalkan sedang dalam
keadaan shalat dan mereka kami datangi sedang dalam keadaan shalat”. (HR Buhori
dan Muslim).
Setiap yang
mencintai pasti menyayangi. Sang Pecinta, diminta ataupun tidak
pasti akan menjaga dan melindungi orang yang disayangi. Manusia, walaupun tanpa
susah-susah mencari khodam, ternyata sudah mempunyai khodam-khodam, bahkan
sejak dilahirkan ibunya. Khodam-khodam itu ada yang golongan malaikat dan ada
yang golongan Jin. Diantara mereka bernama malaikat Hafadhoh (penjaga), yang
dijadikan tentara- tentara yang tidak dapat dilihat manusia. Konon menurut
sebuah riwayat jumlah mereka 180 malaikat. Mereka menjaga manusia secara
bergiliran di waktu ashar dan subuh, hal itu bertujuan untuk menjaga apa yang
sudah ditetapkan Allah s.w.t bagi manusia yang dijaganya. Itulah sistem
penjagaan yang diberikan Allah s.w.t kepada manusia yang sejatinya akan
diberikan seumur hidup, yaitu selama fitrah manusia belum berubah.
Namun karena fitrah
itu terlebih dahulu dirubah sendiri oleh manusia, hingga tercemar oleh kehendak
hawa nafsu dan kekeruhan akal pikiran, akibat dari itu, matahati yang semula
cemerlang menjadi tertutup oleh hijab dosa-dosa dan hijab-hijab karakter tidak
terpuji, sehingga sistem penjagaan itu menjadi berubah. KHODAM JIN DAN KHODAM
MALAIKAT ‘Setan’, menurut istilah bahasa Arab berasal dari kata syathona yang
berarti ba’uda atau jauh. Jadi yang dimaksud ‘setan’ adalah makhluk yang jauh
dari kebaikan. Oleh karena hati terlebih dahulu jauh dari kebaikan, maka
selanjutnya cenderung mengajak orang lain menjauhi kebaikan. Apabila setan itu
dari golongan Jin, berarti setan Jin, dan apabila dari golongan manusia,
berarti setan manusia. Manusia bisa menjadi setan manusia, apabila setan Jin telah
menguasai hatinya sehingga perangainya menjelma menjadi perangai setan.
Rasulullah s.a.w
menggambarkan potensi tersebut dan sekaligus memberikan peringatan kepada
manusia melalui sabdanya: “Kalau sekiranya setan tidak meliputi hati anak Adam,
pasti dia akan melihat alam kerajaan langit”. Di dalam hadits lain Rasulullah
s.a.w bersabda: “Sesungguhnya setan masuk (mengalir) ke dalam tubuh anak Adam
mengikuti aliran darahnya, maka sempitkanlah jalan masuknya dengan puasa”.
Setan jin menguasai
manusia dengan cara mengendarai nafsu syahwatnya. Sedangkan urat darah
dijadikan jalan untuk masuk dalam hati, hal itu bertujuan supaya dari hati itu
setan dapat mengendalikan hidup manusia. Supaya manusia terhindar dari tipu
daya setan, maka manusia harus mampu menjaga dan mengendalikan nafsu
syahwatnya, padahal manusia dilarang membunuh nafsu syahwat itu, karena dengan
nafsu syahwat manusia tumbuh dan hidup sehat, mengembangkan keturunan, bahkan
menolong untuk menjalankan ibadah.
Dengan melaksanakan
ibadah puasa secara teratur dan istiqomah, di samping dapat menyempitkan jalan
masuk setan dalam tubuh manusia, juga manusia dapat menguasai nafsu syahwatnya
sendiri, sehingga manusia dapat terjaga dari tipudaya setan. Itulah hakekat
mujahadah. Jadi mujahadah adalah perwujudan pelaksanaan pengabdian seorang
hamba kepada Tuhannya secara keseluruhan, baik dengan puasa, shalat maupun
dzikir. Mujahadah itu merupakan sarana yang sangat efektif bagi manusia untuk
mengendalikan nafsu syahwat dan sekaligus untuk menolak setan. Allah s.w.t
berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was-was
dari setan, mereka berdzikir kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat”. (QS.al- A’raaf.7/201)
Firman Allah s.w.t
di atas, yang dimaksud dengan lafad “Tadzakkaruu” ialah, melaksanakan dzikir
dan wirid-wirid yang sudah diistiqamahkan, sedangkan yang dimaksud
“Mubshiruun”, adalah melihat. Maka itu berarti, ketika hijab-hijab hati manusia
sudah dihapuskan sebagai buah dzikir yang dijalani, maka sorot matahati manusia
menjadi tajam dan tembus pandang. Jadi, berdzikir kepada Allah s.w.t yang
dilaksanakan dengan dasar Takwa kepada-Nya, di samping dapat menolak setan,
juga bisa menjadikan hati seorang hamba cemerlang, karena hati itu telah
dipenuhi Nur ma’rifatullah. Selanjutnya, ketika manusia telah berhasil menolak
setan Jin, maka khodamnya yang asalnya setan Jin akan kembali berganti menjadi
golongan malaikat. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah
Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan
turun kepada mereka (dengan mengatakan) “Janganlah kamu merasa takut janganlah
kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu, Kamilah pelindung- pelindungmu di dalam kehidupan di
dunia maupun di akherat”. (QS. Fushilat; 41/30-31)
Firman Allah s.w.t
di atas yang artinya: “Kami adalah pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan di
dunia maupun di akherat”, itu menunjukkan bahwa malaikat- malaikat yang
diturunkan Allah s.w.t kepada orang yang istiqamah tersebut adalah untuk
dijadikan khodam- khodam baginya. Walhasil, bagi pengembara-pengembara di jalan
Allah, kalau pengembaraan yang dilakukan benar dan pas jalannya, maka mereka
akan mendapatkan khodam- khodam malaikat. Seandainya orang yang mempunyai
khodam Malaikat itu disebut wali, maka mereka adalah waliyullah. Adapun
pengembara yang pas dengan jalan yang kedua, yaitu jalan hawa nafsunya, maka
mereka akan mendapatkan khodam Jin. Apabila khodam jin itu ternyata setan maka pengembara
itu dinamakan walinya setan. Jadi Wali itu ada dua (1) Auliyaaur-Rohmaan (Wali-
walinya Allah), dan (2) Auliyaausy-Syayaathiin (Walinya setan). Allah s.w.t
menegaskan dengan firman-Nya: “Dan orang-orang yang tidak percaya, Wali-walinya
adalah setan yang mengeluarkan dari Nur kepada kegelapan. Mereka itu adalah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS.al-Baqoroh.2/257).
Dan juga
firman-Nya: “Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan sebagai Wali-wali
bagi orang yang tidak percaya “ (QS. Al- A’raaf; 7/27). Seorang pengembara di
jalan Allah, baik dengan dzikir maupun wirid, mujahadah maupun riyadlah,
kadang- kadang dengan melaksanakan wirid-wirid khusus di tempat yang khusus
pula, perbuatan itu mereka lakukan sekaligus dengan tujuan untuk berburu
khodam-khodam yang diingini. Khodam-khodam tersebut dicari dari rahasia
ayat-ayat yang dibaca.
Semisal mereka
membaca ayat kursi sebanyak seratus ribu dalam sehari semalam, dengan ritual
tersebut mereka berharap mendapatkan khodamnya ayat kursi. Sebagai pemburu
khodam, mereka juga kadang-kadang mendatangi tempat-tempat yang terpencil, di
kuburan- kuburan yang dikeramatkan, di dalam gua di tengah hutan belantara.
Mereka mengira khodam itu bisa diburu di tempat-tempat seperti itu. Kalau
dengan itu ternyata mereka mendapatkan khodam yang diingini, maka boleh jadi
mereka justru terkena tipudaya setan Jin. Artinya, bukan Jin dan bukan Malaikat
yang telah menjadi khodam mereka, akan tetapi sebaliknya, tanpa disadari
sesungguhnya mereka sendiri yang menjadi khodam Jin yang sudah didapatkan itu.
Akibat dari itu, bukan manusia yang dilayani Jin, tapi merekalah yang akan
menjadi pelayan Jin dengan selalu setia memberikan sesaji kepadanya.
Sesaji-sesaji itu diberikan sesuai yang dikehendaki oleh khodam Jin tersebut.
Memberi makan kepadanya, dengan kembang telon atau membakar kemenyan serta apa
saja sesuai yang diminta oleh khodam- khodam tersebut, bahkan dengan
melarungkan sesajen di tengah laut dan memberikan tumbal.
Mengapa hal
tersebut harus dilakukan, karena apabila itu tidak dilaksanakan, maka khodam
Jin itu akan pergi dan tidak mau membantunya lagi. Apabila perbuatan seperti
itu dilakukan, berarti saat itu manusia telah berbuat syirik kepada Allah
s.w.t. Kita berlindung kepada Allah s.w.t dari godaan setan yang terkutuk.
Memang yang dimaksud khodam adalah “rahasia bacaan” dari wirid-wirid yang
didawamkan manusia. Namun, apabila dengan wirid-wirid itu kemudian manusia
mendapatkan khodam, maka khodam tersebut hanya didatangkan sebagai anugerah
Allah s.w.t dengan proses yang diatur oleh-Nya. Khodam itu didatangkan dengan
izin-Nya, sebagai buah ibadah yang ikhlas semata-mata karena pengabdian
kepada-Nya, bukan dihasilkan karena sengaja diusahakan untuk mendapatkan
khodam.
Apabila
khodam-khodam itu diburu, kemudian orang mendapatkan, yang pasti khodam itu
bukan datang dari sumber yang diridlai Allah s.w.t, walaupun datang dengan
izin-Nya pula. Sebab, tanda-tanda sesuatu yang datangnya dari ridho Allah, di
samping datang dari arah yang tidak disangka-sangka, bentuk dan kondisi
pemberian itu juga tidak seperti yang diperkiraan oleh manusia. Demikianlah
yang dinyatakan Allah s.w.t: “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah. Allah akan
menjadikan jalan keluar baginya (untuk menyelesaikan urusannya) dan memberikan
rizki kepadanya dari arah yang tidak terduga”. (QS. ath-Tholaq; 65/2-3).
Khodam-khodam
tersebut didatangkan Allah s.w.t sesuai yang dikehendaki-Nya, dalam bentuk dan
keadaan yang dikehendaki-Nya pula, bukan mengikuti kehendak hamba-Nya. Bahkan
juga tidak dengan sebab apa-apa, tidak sebab ibadah dan mujahadah yang dijalani
seorang hamba, tetapi semata sebab kehendakNya. Hanya saja, ketika Allah sudah
menyatakan janji maka Dia tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.
Ilmu Khodam adalah
merupakan manifestasi energi pintar yang terlahir dari sebuah doa, mantra dan
tatalaku ritual spiritual tertentu yang mengandung tingkatan konsentrasi yang
tinggi kepada Sang Pencipta Alam dibarengi doa doa atau cita – cita agar
terkabulnya suatu maksud dan tujuan.
khodam adalah
bahasa arab yang memiliki arti yaitu pembantu. ( khodam =
pembantu wanita. khadam = pembantu pria). Kemampuan-kemampuan yang dimiliki
oleh orang yang melakukan olah batin seperti puasa, bertapa, semedi, membaca
mantra atau wirid amalan tertentu sebetulnya adalah dari Khodam. Disadari
ataupun tidak, setiap olah batin yang dilakukan manusia selalu menimbulkan
energi-energi yang memiliki kesadaran/kecerdasan sendiri. Inilah peran dari
khodam. Mereka diciptakan Allah sebagai perantara yang membawa kekuatan
supranatural bagi orang-orang yang dikehendaki. Sebagian orang beranggapan
bahwa memiliki khodam (atau ilmu spiritual yang ada khodamnya) adalah sebuah
kesyirikan atau dosa besar. Bagi kami, pendapat ini adalah pendapat yang
“membabi buta” karena pengertian khodam sangat luas. Sedangkan khodam sendiri
terdiri dari berbagai jenis yang tidak mampu disamakan. Berikut ini pembahasan
panjang mengenai khodam.
Istilah “khodam” berasal dari bahasa arab yang berarti pembantu, penjaga
atau pengawal yang selalu mengikuti. Dalam bahasa arab pembantu rumah tangga,
sopir, tukang kebun dan satpam juga mampu disebut sebagai khodam. Namun dalam
konteks ilmu spiritual, istilah “khodam” digunakan khusus untuk menyebut
makhluk ghaib yang mengikuti pemilik ilmu spiritual atau yang mendiami suatu
benda pusaka. Dalam konsep spiritual jawa, khodam disebut sebagai “prewangan”
yang artinya adalah orang yang membantu.
Khodam dalam konsep Islam dan jawa diyakini sebagai “jiwa” suatu ilmu.
Khodam memberi energi pada pemilik ilmu sehingga mampu melakukan hal-hal diluar
kewajaran. Tentu saja ada khodam yang minta imbalan ada pula yang “gratis”
karena khodam ini datang karena kehendak Allah, bukan “dipaksakan” oleh
manusia. Yang dimaksud “dipaksakan” adalah khodam ini datang karena seseorang
melakukan ritual pemanggilan yang ditujukan untuk meminta tolong kepada khodam
dari golongan jin.
Mengenai siapakah sebernarnya khodam, para spiritualist berpendapat
berbeda-beda. Kelompok pertama mengatakan khodam adalah jenis makhluk tertentu
yang khusus diciptakan Tuhan sebagai “pembawa” kekuatan bagi para pemilik ilmu
dan benda pusaka. Kelompok ini tidak punya dalil yang kuat untuk mendukung
pendapatnya, jadi pendapat ini boleh
abaikan.
Kelompok kedua berpendapat bahwa khodam hanyalah sebutan atau julukan
bagi Jin, Qorin dan Malaikat yang membantu manusia. Seperti istilah “setan”
yang sebetulnya bukanlah jenis mahluk, melainkan hanya sifat dari jin atau
manusia yang suka berbuat kejahatan. Dalam Al-Quran pun diterangkan bahwa Allah
hanya menciptakan hambanya yang berakal dalam tiga bentuk saja, yaitu:
Malaikat, Manusia dan Jin. Ustadz Firman sendiri lebih meyakini pendapat kedua
ini.
Mengapa Khodam membantu manusia? Karena khodam terdiri dari tiga jenis
makhluk yaitu Jin, Qorin dan Malaikat, maka alasan mereka bersedia membantu
manusia juga berbeda-beda. Agar Anda lebih paham, bisa dijelaskan satu per
satu seperti berikut ini :
Khodam Jin, Perlu diketahui bahwa kehidupan sosial jin sama seperti
manusia. Mereka terdiri dari bermacam-macam ras dan kelompok yang sangat
kompleks. Setiap jin punya sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda
seperti pada manusia. Begitu pula dalam dalam membantu manusia, mereka punya
alasan yang berbeda-beda. Namun secara garis besar, ada beberap
alasan mengapa jin mau membantu manusia.
Ø Ingin menyesatkan manusia. Kelompok jin ini adalah
tentara ilbis yang ditugaskan untuk membantu para tukang sihir dan penganut
ilmu hitam. Orang yang ingin memiliki khodam jenis ini harus melakukan
perbuatan atau ritual yang melanggar aturan Allah. Misalnya untuk medapatkan
ilmu sihir mereka harus menyediakan sesaji, makan darah, membunuh, melakukan
dosa besar dan sebagainya. Jin jenis ini sangat senang jika manusia yang
didampinginya jauh dari agama. Bukan hanya penganut ilmu hitam saja yang
dibantu oleh jin tentara iblis ini. Para penganut thariqoh (orang yang menapaki
jalan spiritual menuju Allah) dan orang sholeh yang kurang waspada pun
disesatkan oleh jin golongan ini. Awalnya jin mengaku sebagai guru spiritual
yang sudah meninggal atau malaikat yang akan membimbingnya dan membantu segala
usahanya. Seketika seorang ahli thariqoh pun memiliki banyak kesaktian. Namun
perlahan-lahan jin cerdas ini memperdaya ahli thariqoh hingga dia melanggar
aturan agama.
Ø Ingin mendapat keuntungan dari manusia. Khodam Jin
jenis ini selalu meminta imbalan dalam bentuk sesaji, persembahan, korban,
bahkan ada yang mengadakan perjanjian, jika sudah sampai waktu yang ditentukan
pemilik ilmu bersedia menjadi budak/pengikut di alam jin. Orang yang menjadi
budak jin, meniggalkan jasadnya, kemudian jiwanya dibawa ke alam jin. Sehingga dia tampak mati bagi orang awam, padahal dia sebetulnya belum
mati. Nanti ketika sudah sampai batas usianya, malaikat maut baru menjemputnya
untuk dihadapkan kepada Allah. Oleh karena itu jangan pernah berniat untuk
mendapatkan pesugihan atau harta ghaib yang datang tiba-tiba dengan bantuan
jin. Keadaan ini sesuai dengan Al-Quran surah Al-Jin ayat 6, “Dan bahwasanya
ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa
dan kesalahan”.
Ø
Karena mencintai manusia. Kadang ada
jin yang mengikuti manusia dengan alasan cinta. Cinta yang di maksud adalah
seperti cinta pria kepada wanita. Umumnya jin yang seperti ini selalu berusaha
membantu manusia yang dicintainya, sekaligus mengganggu. Bentuk bantuannya
mampu berupa kemampuan mengobati, perlindungan dari kejahatan, kemampuan
mengetahui rahasia orang dan sebagainya. Sedangkan gangguannya biasanya berupa
merasa diikuti seseorang, sulit mencintai, hubungan cinta selalu gagal,
kesurupan/kerasukan dan sering mimpi bersetubuh. Bahkan kadang ada jin yang
datang dalam wujud manusia untuk menyetubuhi manusia dalam keadaan sadar.
Ø Persahabatan. Bagi sebagian orang
yang memiliki ilmu spiritual tertentu, bersahabat dengan jin bukanlah hal
mustahil. Idealnya hubungan persahabatan adalah saling membantu dan berbagi.
Namun kenyataannya hubungan persahabatan dengan jin mampu menguntungkan atau
merugikan Anda, bahkan kadang juga menyesatkan Anda. hal ini sama jika kita
bersahabat dengan sesama manusia. Jika sahabat kita adalah orang baik,
maka kita pun terbawa menjadi baik. Tapi jika kita berteman dengan penjahat,
maka kita pun mampu dirugikan atau malah bergabung menjadi penjahat. Semua itu
tergantung sifat dan kepribadian Anda. Hubungan persahabatan inilah yang
menjadi dasar MENGENALI KHODAM.
Setiap manusia
sesungguhnya sudah dibekali Allah s.w.t dengan teman (qorin) dari golongan Jin,
bahkan sejak manusia dilahirkan oleh ibunya. Rasulullah s.a.w telah menegaskan
hal itu dengan sabdanya:
“Tidaklah dari salah satu diantara kalian
kecuali sesungguhnya Allah telah mewakilkan temannya dari jin, mereka bertanya:
“Apakah engkau juga ya Rasulullah?”, Rasul s.a.w menjawab: “Dan juga kepadaku,
hanya saja sesungguhnya Allah telah menolongku mengalahkannya, maka ia masuk
Islam, maka ia tidak memerintah kepadaku kecuali dengan kebaikan”. (HR Muslim).
Rasulullah s.a.w
meskipun dibekali teman dari Jin, namun Allah memberikan pertolongan kepada
Beliau sehingga Jin yang menyertai Nabi s.a.w masuk Islam. Dengan itu jin
tersebut tidak memberikan bisikan kepada Baginda Nabi kecuali dalam kebaikan,
demikianlah yang disampaikan dalam sabdanya di atas. Maka hadits ini menjadi
bukti bahwa bagian dari fungsi khodam Jin itu adalah mempengaruhi manusia
dengan perintahnya.
Hanya saja, oleh karena Allah s.w.t telah memberikan
pertolongan kepada Baginda Nabi s.a.w, meskipun jin itu memberikan perintah,
namun itu hanya dalam kebaikan. Melalui hadits ini juga terbukti, ternyata
khodam yang baik itu tidak hanya dari golongan malaikat saja, akan tetapi juga
ada yang dari golongan Jin. Lebih jelas lagi dari apa yang telah disabdakan
oleh Baginda Nabi s.a.w di dalam hadits yang lain:
“Aku diutamakan melebihi Adam dengan dua keadaan:
pertama, sesungguhnya setanku adalah kafir, kemudian Allah memberi pertolongan
kepadaku sehingga setanku masuk Islam, dan yang kedua, sesungguhnya adalah
istri-istriku selalu menolong kepadaku di dalam kebaikan, sedangkan Adam,
setannya adalah kafir dan istrinya adalah menolong kepada setannya”.
Walhasil, dari sekian uraian di atas, baik yang bersumber
dari firman-firman Allah s.w.t maupun hadits-hadits Nabi s.a.w dapat diambil
beberapa kesimpulan: Bahwa keberadaan khodam-khodam itu ternyata memang ada,
bahkan ada yang yang sudah diikutkan manusia sejak dilahirkan oleh ibunya. Di
antara khodam-khodam itu ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Namun
demikian, adanya khodam itu tidak didapatkan dengan cara diburu ke sana ke
mari, melainkan didatangkan oleh Allah s.w.t sebagai bonus ibadah, baik secara
langsung mengikuti hikmah yang dikehendaki-Nya atau melalui proses dan
sebab-sebab yang berkaitan dengan ikhtiar serta amal ibadah.
Dalam kenyataannya tidak semua orang dapat merasakan
keberadaan khodam, terlebih mengenalinya. Bagaimanakah yang demikian itu dapat
dinalar secara rasional? Manusia dengan khodamnya, ibarat manusia dengan
bayang-bayangnya sendiri. Bayang-bayang itu menjadi ada, bukan karena ada
dengan sendirinya, namun karena ada sinar yang menyinari manusia. Seperti malam
ketika sedang berkabut hingga menjadi gelap gulita, jangankan bayang-bayang,
gunung di pelupuk mata pun tidak tampak. Demikian itu karena tidak adanya sinar
yang menerangi persada. Namun ketika matahari mulai memancarkan sinar, seiring
fajar pagi kian terang, maka sedikit demi sedikit gunung yang tadinya tidak
kelihatan mulai menampakkan diri. Yang asalnya seperti gundukan asap hitam,
semakin lama menjadi semakin terang, dan ketika matahari semakin tinggi, tidak
ada kabut dan mendung yang menghalangi, maka gunung itupun semakin menampakkan
diri. Ketika sinar matahari telah sempurna memancar pada titik kulminasi, maka
gunung itu semakin kelihatan indah karena bayang-bayang pemisah antara dua
celah yang semula tidak kelihatan kini ikut mempercantik wajahnya. Seperti
itulah cara mengenali khodam. Artinya,khodam itu tidak harus dicari ke sana ke
mari, melainkan didapatkan dengan jalan mendekatkan dirinya kepada titik
pancaran sinar matahari.
Yang dimaksud sinar matahari itu adalah Nur langit dan
Nur bumi, yaitu Nur dan Hidayah Allah s.w.t yang menerangi rongga dada seorang
hamba sehingga matahati yang ada di dalamnya menjadi tembus pandang. Maka
mendekatkan diri kepada sinar matahari itu berarti mendekatkan diri kepada Allah
s.w.t supaya dengan itu seorang hamba mendapatkan hidayah-Nya.
Agar seseorang
mendapat sinar matahari tersebut, dia harus mendekatkan diri kepada sumber
sinar, sekaligus menghilangkan sesuatu yang dapat menghalangi dirinya dari
sinar tersebut. Seperti itulah cara orang mengenali khodam-khodamnya, di
samping ia harus mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, juga harus menghilangkan
dan menghapus hijab-hijab yang menutupi matahatinya, sehingga mampu menangkap
pancaran Nur dan Hidayah dengan sempurna. Dengan sinar hidayah itu alam yang
semula gelap gulita menjadi terang benderang karena matahati seorang hamba
menjadi tembus pandang. Hamparan dada yang semula sempit dan dangkal itu kini
menjadi dalam dan luas karena bagian rahasia alam telah tersingkapkan. Dengan semakin
luasnya ilmu dan pengenalan diri, baik kepada diri sendiri dan lingkungan,
terlebih pemahaman akan rahasia urusan Tuhannya, maka dengan izin-Nya seorang
hamba akan semakin mengenali apa-apa yang ada di sekelilingnya. Mereka dapat
menngenali dimensi-dimensi lain yang ada di alam semesta, di antaranya adalah
dimensi rahasia khodam-khodam yang menyertai hidupnya.
Ini adalah ‘kunci rahasia’ untuk membuka pintu rahasia
yang selama ini seakan tertutup rapat. Merupakan password yang dapat menguak
dimensi alam yang seakan terhalang. Kunci permasalahan yang dapat dijadikan
dasar kajian sekaligus bekal utama supaya seorang hamba mampu mambangun amal
untuk melatih diri membakar hijab dan menembus sekat yang menghalangi,
mengadakan pengembaraan dan bermi’raj menuju dimensi yang diselimuti.
Menyelesaikan tahapan, menempuh tanjakan, menyiasati jebakan dan menyingkirkan
rintangan, supaya perjalanan tidak tersesat di tengah jalan, sehingga seorang
pejalan mendapatkan apa-apa yang sudah disiapkan.
Jadi, berburu khodam itu tidak harus melakukan perjalanan
pergi kesana-kemari, akan tetapi dengan gerakan diam. Artinya melakukan amal
dalam pengabdian hakiki, baik dzikir dan wirid, maupun mujahadah dan riyadlah,
semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Hal tersebut
bisa dilakukan dimana saja, baik di dunia ramai maupun sepi, asal hanya untuk
mengharapkan ridla-Nya. Selanjutnya berserah diri kepada-Nya terhadap apa-apa
yang diharapkan. Demikian itu, karena
Allah tidakl jauh dari hamba-Nya. Allah sangat dekat dan bahkan lebih dekat
dari urat lehernya. Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui terhadap apa-apa
yang dikerjakan hamba-Nya, baik dari perbuatan taat maupun maksiat dan Allah
juga Maha Kuasa membalas amal ibadah yang dikerjakan hamba-hamba-Nya itu.
Terlebih urusan khodam yang hanya dapat dikenali dengan
ilmu rasa. Padahal tidak ada jalan untuk menghasilkan ilmu rasa kecuali dengan
amal (praktek), maka tidak mungkin uraian tentang khodam ini dapat diperpanjang
lagi. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang ingin melanjutkan pencarian,
silahkan meneruskan sendiri semampu mungkin dengan mencari bahan tambahan, baik
dari ayat-ayat al-Qur’an maupun Hadits-Hadits Nabi s.a.w yang tentunya harus
didampingi para Ulama’ ahlinya sebagai guru dan pembimbing, sambil memohon
petunjuk dan taufiq kepada Allah s.w.t agar kita semua terjaga dari segala
tipudaya kehidupan.
G. Waktu Aktivitas Jin
Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan
Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar sebelum
dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu
menjelang malam tiba, hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah.
Hadits dimaksud berbunyi:
إذا كان جُنْحُ الليلِ أو أمسيتم
فَكُفُّوا صبيانَكم فإنَّ الشياطينَ تنتشرُ حِينَئِذٍ فإذا ذهبتْ ساعةٌ من الليلِ
فَحُلُّوهُمْ وأغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا
مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ
واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم
Artinya:
"Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila sore
hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian,
karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba,
diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk
jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak
akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya,
dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat
air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk
menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau
wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan
sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)"
(HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam
tiba.
1.
menyuruh masuk dan diam anak-anak,
2.
menutup pintu, karena dengan
demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa
masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya,
3. mengikat tempat air,
4. menutup bejana dan
wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana
yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang
tidur.
5.
matikan lampu sebelum tidur karena
dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali
dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan
penghuninya dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu
tersebut sehingga api bisa menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar
lampu dimatikan sebelum tidur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits
berikut:
عن بن عباس قال * جاءت فأرة فأخذت
تجر الفتيلة فجاءت بها فألقتها بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم على الخمرة
التي كان قاعدا عليها فأحرقت منها مثل موضع الدرهم فقال إذا نمتم فأطفئوا سرجكم
فإن الشيطان يدل مثل هذه على هذا فتحرقكم
Artinya: "Ibnu
Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal
kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang
sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal
yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Kemudian bersabda:
"Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali
berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan
ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan
sanad shahih).
Dalam hadits lain juga dikatakan :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى
تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يُبْعَثُ إِذَا غَابَتِ
الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ
Artinya: "Dari
Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah
kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari
terbenam sehingga hitam legammnya sore hari (sunda=layung) betul- betul hilang,
karena setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana
hitam legamnya sore hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim).
Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam?
Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih
gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah
waktu yang lebih fresh dan
lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan dan warna hitam adalah
kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing
hitam itu adalah setan". (lihat
juga dalam Fathul Bari, VI/342).
H. Makanan dan Minuman Jin
Jin sebagaimana manusia memiliki kebutuhan makan dan minum adapun
makanannya adalah Tulang dan tinja (kotoran hewan/binatang) dengan tangan kiri,
sebagaimana hadits berikut :
لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع
فى أيديكم أوفر ما يكون لحما وكل بعرة علف لدوابكم فلا تستنجوا بها فإنها طعام
إخوانكم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan
kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa
dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama
Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan
sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja
(membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan
batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran
binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan
jin)" (HR. Muslim).
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِىَ
اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِذَا
أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ
بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ
Artinya: "Dari Ibnu Umar bahwasannya
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang
dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum,
maka minumlah dengan tangan kanannya, karena syaithan makan dan minum dengan
tangan kirinya" (HR. Muslim).
عن جابر أنه سمع النبي صلى الله عليه و سلم يقول : إذا دخل الرجل بيته فذكر الله عز و جل عند دخوله وعند طعامه قال
الشيطان لا مبيت لكم ولا عشاء وإذا دخل فلم يذكر الله عند دخوله قال الشيطان أدركتم المبيت وان لم يذكر الله عند طعامه قال
الشيطان أدركتم المبيت والعشاء
Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah
bahwasannya ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk
(rumah) dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan
lainnya): "Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah,
dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaithan akan
berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR.
Muslim).
I. Jin menikah dan
berketurunan
Sebagaimana halnya manusia, jin pun melakukan pernikahan dan berketurunan.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat dan hadits berikut :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ
اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ
أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ
لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً
Artinya: "Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.
Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku,
sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari
Allah) bagi orang-orang yang zalim " (QS. Al-Kahfi 18: 50).
Dalam ayat ini Allah berfirman: "….Patutkah
kamu mengambil dia dan turanan-turunannya,…".
Kata turunan-turunannya dalam ayat ini menunjukkan bahwa
memang jin itu melahirkan dan berketurunan. Sekaligus juga menunjukkan bahwa
jin itu juga menikah, karena tidak mungkin adanya keturunan kalau tidak menikah
(jima) sebelumnya. Dalil lain
yang mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini :
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ
قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Artinya: "Tidak pernah
"disentuh" oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang
menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin" (QS. Ar-Rahman 55:56).
Kata thamts yang terdapat pada kata yathmitshunna dalam ayat di atas, dalam
bahasa Arab artinya adalah jima'.
Ini menunjukkan bahwa jin itu juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat
dikatakan :
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما
قال : إن الله جزأ الإنس والجن عشرة أجزاء فتسعة منهم الجن والإنس جزء واحد فلا
يولد من الإنس ولد إلا ولد من الجن تسعة
Artinya: "Abdullah bin Umar berkata:
"Sesungguhnya Allah membagi manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian:
sembilan bagian adalah jin dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun
manusia yang melahirkan seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak" (HR.
Ibnu Abdil Barr, Ibnu Jarir, Hakim dan Ibn Abi Hatim).
Dan
khusus untuk Iblis setiap lahir anak Adam maka iblis berketurunan sepuluh anak
iblis, sebagaimana hadits berikut :
عن ثابت قال : ( بلغنا أن إبليس قال
: يا رب إنك خلقت آدم وجعلت بيني وبينه عداوة فسلطني على أولاده ؟ فقال : صدورهم
مساكن لك . قال : يا رب زدني ؟ قال : لا يولد لآدم ولد إلا ولد لك عشرة قال : يا
رب زدني ؟ قال : ) وَأَجْلِبْ عَلَيْهِم بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِى
الأٌّمْوَالِ وَ الأٌّوْلَادِ ( [ الإسراء : 64 ]
Dari
tsabit berkata, Telah sampai berita pada kami bahwa iblis bertanya kepada
Allah, Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menciptakan Adam dan Engkau
menjadikannya antara aku dengan dia sebagai musuh, maka berilah aku bagian untuk
bisa menguasai keturunannya? Allah menjawab :” Dada-dada mereka tempat tinggal
kamu, Iblis berkata: “ Tambahlah buatku ? Allah menjawab:” Tidaklah lahir
seorang manusia kecuali bersamaan dengannya sepuluh anak kamu, Iblis berkata :
Tambah lagi ya Tuhanku ? kerahkanlah terhadap
mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah
dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka (Al-Isra 17:64)
Hadits
di atas di samping mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang melahirkan dan
menikah, juga menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih banyak dari pada jumlah
manusia. Karena setiap kali manusia melahirkan satu orang anak, maka jin dapat
melahirkan sembilan anak.
J. Kematian
Jin
Jin
adalah mahluk yang berjiwa, maka sama saja halnya dengan manusia, jin pun akan
mengalami kematian. Namun dari sebagian golongan jin hanya Iblis lah yang
diberi tangguh kematiannya sampai hari manusia dibangkitkan. Sedangkan yang
lainnya kematiannya sama dengan manusia tetapi usianya jauh lebih panjang dari
umur manusia.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
artinya:
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (QS. Ar-Rahman 55: 26-27).
Di samping
ayat ini, ada hadits yang mengatakan bahwa jin atau syaithan juga akan mati.
Hadits dimaksud adalah sebagai berikut :
عن بن عباس أن النبي صلى الله عليه
وسلم كان يقول أعوذ بعزتك الذي لا إله إلا أنت الذي لا يموت والجن والإنس موتوني
Artinya:
"Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Aku berlindung dengan kegagahanMu, yang tidak ada Tuhan selain Engkau,
yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia semuanya akan mati" (HR.
Bukhari).
K. Kemampuan dan kelebihan
Jin
Allah
memberikan kelebihan dan kemampuan khusus kepada jin yang tidak diberikan
kepada manusia. Di antara kemampuan dan kelebihan jin tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Dapat bergerak dan
berpindah dengan cepat
Artinya: "Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan
jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu
sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat
untuk membawanya lagi dapat dipercaya".Berkatalah seorang yang mempunyai
ilmu dari Al Kitab "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum
matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia"
(QS.an-Naml: 39-40).
2. Dapat mengetahui masalah-masalah yang belum terjadi sebelum diutusnya RasulullahShallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Sebelum Rasulullah diutus, jin seringkali naik ke atas
langit untuk mendengarkan kabar-kabar yang akan terjadi di dunia. Begitu
mendengar kabar tersebut, mereka langsung menginformasikannya kepada para dukun
dan tukang ramal. Oleh karena itu, sebelum Rasulullah Saw diutus, tukang ramal
dan dukun seringkali tepat dalam memberikan jawaban dan ramalannya. Akan tetapi
begitu Rasulullah Saw diutus, penjagaan di langit diperketat sehingga jin tidak
lagi dapat mendengar informasi dan berita apapun.
Hal ini sebagaimana
difirmankan oleh Allah dalam surat al-Jin ayat 8-9 :
Artinya: "Dan sesungguhnya kami telah mencoba
mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang
kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa
tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi
sekarang (Yang dimaksud dengan "sekarang", ialah waktu sesudah Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus menjadi rasul) barangsiapa yang
(mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang
mengintai (untuk membakarnya)" (QS. Al-Jin ayat 8 dan 9).
Oleh karena itu, sejak diutusnya Rasulullah sampai
sekarang, jangankan dapat mendengar berita langit, mendekatinya saja tidak
bisa. Untuk itu, apa yang dikatakan oleh para dukun dan tukang ramal, tidak
pernah benar, tapi bohong belaka. Seandainya ada jin yang mengatakan bahwa akan
terjadi nanti ini dan itu, maka ketahuilah bahwa dia telah berbohong. Oleh
karena itu, dalam ajaran Islam, haram hukumnya seseorang datang bertanya kepada
dukun dan tukang ramal. Karena bukan saja apa yang dikatakan tukang ramal itu
bohong, tapi juga hal demikian akan melemahkan keimanan seseorang bahkan
termasuk perbuatan syirik.
Bagaimana dengan kenyataan, bahwa terkadang ramalan dan
ucapan tukang ramal tersebut betul dan nyata? Hal ini pernah disampaikan juga oleh Siti Aisyah kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Perhatikan hadits berikut ini :
قالت سأل رسول الله {صلى الله عليه
وسلم} ناسٌ عن الكهان فقال ليس بشيء فقالوا يا رسول الله {صلى الله عليه وسلم}
إنهم يحدثوننا أحياناً بشيء فيكون حقاً فقال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} تلك
الكلمة من الحق يخطفها الجني فيقرها في أذن وليه فيخلطون معها مائة ً كذبة
Artinya: "Aisyah
berkata, sekelompok orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam tentang para dukun. Rasulullah menjawab: "Mereka itu tidak
mengetahui sesuatu apapun". Mereka bertanya kembali: "Tapi
Rasulullah, terkadang apa yang mereka katakan adalah benar dan nyata?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kembali: "Ucapannya yang
betul itu lantaran dibisikkan oleh jin. Ia membisikkannya ke telinga temannya
(dukun) seperti berkoteknya ayam betina, dan mereka mencampuradukannya dengan
seratus kebohongan (maksudnya, yang betulnya satu tapi bohongnya seratus bahkan
lebih)" (HR. Bukhari).
Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, seseorang dilarang
untuk terlebih mempercayai perkataan dukun, datangnya saja sudah berdosa.
Rasulullah bersabda :
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال *
من أتى عرافا فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang datang kepada juru ramal,
dukun, lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama
40 malam " (HR. Muslim)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ».
Artinya: "
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang
datang kepada juru ramal, dukun, untuk bertanya tentang sesuatu, lalu
membenarkan dan mempercayai apa yang dikatakannnya, maka sungguh ia telah
keluar dari ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad" (HR. Ahmad).
Bukti lain bahwa jin tidak memiliki
kemampuan untuk mengetahui perkara yang gaib sebagaimana terlukis dalam surat
al-saba 34:14
Artinya: "Maka
tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka
tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang
menghinakan" (QS. Saba 34: 14).
3. Jin lebih dahulu
mengetahui teknologi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Allah
menundukkan golongan jin kepada Nabi Sulaiman. Mereka taat dan patuh kepadanya
termasuk bersedia untuk memindahkan singgasana kerajaan Ratu Bilqis. Karena
kerja mereka yang berat dan banyak, tentu mereka memerlukan kemampuan-
kemampuan dan kecerdasan dan kemahiran luar biasa. Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah surat Saba ayat 12-13:
Artinya: "Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman,
yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan
perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami
alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di
hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang
menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab
neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-
piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas
tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih" (QS. Saba 34:
12-13).
Berdasarkan dari ayat di Atas, Umar Sulaiman Abdullah bin
al-Asyqar dalam bukunya Alamul Jinn was Syayathin, berpendapat
bahwa sejak dahulu jin sudah mengenal tekhnologi canggih semisal radio dan
televisi. Bahkan, Ibnu Taimiyyah sendiri dalam al-Majmu'nya
mengatakan bahwa "Menurut sebagian ulama yang dapat berkomunikasi dengan
jin menuturkan bahwa sejak dahulu jin sudah dapat membuat kawat dan kaca,
kemudian mereka sampaikan kepada manusia dan manusia mengikutinya" (lihat
dalamMajmu al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah: 11/309).
4. Jin dapat berubah-ubah
bentuk
Di antara kemampuan jin (setan) lainnya adalah mereka
dapat berubah wujud; terkadang berwujud manusia dan terkadang pula berwujud
hewan. Hal ini telah terjadi pada masa perang Badar, dimana setan (jin kafir)
berwujud dalam bentuk Suraqah bin Malik, dan ia menjanjikan kepada orang-orang
musyrik bahwa mereka akan dapat memengkan pertempuran melawan orang Islam. Akan
tetapi ketika pertempuran telah terjadi dan malaikat turun dari langit untuk
membantu kaum muslimin, syaitan yang menjelma dalam wujud Suraqah bin Malik
tadi lari tunggang langgang. Hal ini terekam dalam al-Qur'an surat al-Anfal
ayat 48:
Artinya: "Dan ketika syaitan menjadikan mereka
memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang
manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya
ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling
lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata:
"Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat
melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut
kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Al-Anfal 8:48).
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari juga dikisahkan bahwa
jin kafir (setan) pernah datang menghadap Abu Hurairah dalam wujud manusia.
Berikut terjemahan hadits dimaksud :
"Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menugaskan saya untuk menjaga harta
zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki melihat-lihat
makanan dan langsung mengambilnya. Saya lalu berkata: “Jangan dulu mengambil,
sebelum saya sampaikan ihwal kamu kepada Rasulullah”. Laki-laki itu menjawab:
‘Saya orang yang sudah berkeluarga dan saat ini betul- betul sedang membutuhkan
makanan untuk keluarga saya”. Mendengar itu saya pun akhirnya mengijinkan dia
untuk mengambil makanan itu.Ketika pagi tiba, Rasulullah bersabda: “Wahai Abu
Hurairah apa yang kamu lakukan kemarin?” Saya menjawab: “Wahai Rasulullah,
seorang laki-laki mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat
saat itu juga, lalu saya persilahkan dia mengambilnya”. Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam lalu bersabda kembali: “Dia telah mengelabui kamu wahai Abu
Hurairah dan besok akan kembali lagi”. Tahu dia akan kembali lagi, keesokan
harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul apa yang disampaikan
Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta
zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya. Melihat itu, saya berkata kembali:
“Jangan dulu kamu mengambil harta itu sampai ada izin dari Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam”. Laki-laki itu menjawab: “Saya betul-betul
sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu
menahan lapar. Saya berjanji tidak akan kembali lagi esok hari”. Mendengar itu,
saya merasa kasihan dan akhirnya saya persilahkan kembali dia mengambil harta
zakat.Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali: “Apa yang kamu lakukan
kemarin wahai Abu Hurairah?” Saya menjawab: “Orang kemarin datang kembali dan
meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya
saya kembali mengijinkan dia mengambil harta zakat tersebut”. Mendengar itu,
Rasul bersabda kembali: “Dia telah membohongi kamu dan esok hari akan kembali
untuk yang ketiga kalinya”. Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi dan
seperti biasa dia mengambil harta zakat yang sudah terkumpul di dalam gudang.
Melihat itu, saya berkata kembali: “Jangan mengambil dahulu, saya akan memohon
ijin kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terlebih dahulu. Bukankah
kamu kemarin berjanji tidak akan kembali lagi tapi mengapa kini kembali juga?”
Laki-laki itu menjawab: “Ijinkanlah untuk yang terakhir kalinya saya mengambil
harta zakat ini dan sebagai imbalannya saya akan ajarkan kepada kamu sebuah kalimat
yang apabila kamu membacanya Allah akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak
akan disentuh dan didekati oleh Syaithan sehingga pagi hari". Saya merasa
tertarik dengan ucapannya lalu saya menanyakan kaliamat apa itu. Dia menjawab:
“Apabila kamu hendak tidur, jangan lupa membaca ayat kursyi terlebih dahulu
karena dengannya Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati oleh
syaithan sehingga pagi tiba”. Kali ini saya pun mengijinkannya mengambil harta
zakat. Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya
lakukan kemarin dan saya katakan: “Ya Rasulullah, saya terpaksa membolehkannya
kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkan saya kalimat yang sangat
bermanfaat dan berfaidah”. Rasul lalu bertanya kembali: “Kalimat apa yang
diajarkannya?” Saya menjawab bahwa dia mengajarkan ayat Kursyi dari awal sampai
akhir dan dia katakan bahwa kalau saya membacanya Allah akan menjaga saya
sampai pagi hari. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda: “Kini
apa yang dia sampaikan betul namun tetap dia sudah berhasil mengelabui kamu
dengan mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa laki-laki yang mendatangi kamu tiga kali itu?” Saya
menjawab: “Tidak, saya tidak tahu”. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
kembali bersabda: “Ketahuilah bahwasannya dia adalah syaithan”. (HR. Bukhari).
Selain dalam wujud manusia, jin
(setan) juga dapat berwujud dalam bentuk hewan dan binatang seperti unta,
anjing, keledai, ular, sapi atau kucing. Akan tetapi dari sekian banyak
binatang, yang paling sering dipakai oleh jin adalah dalam bentuk anjing dan
kucing hitam. Dalam hal ini RasululullahShallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
فقال الكلب الأسود شيطان
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda: "Anjing hitam adalah setan" (HR. Muslim).
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah juga bertutur: "Anjing
hitam adalah setannya anjing. Dan jin seringkali berwujud dalam wujud anjing
hitam ini. Demikian juga dengan kucing hitam. Hal ini dikarenakan warna hitam adalah warna yang paling disukai oleh setan
karena mengandung kehangatan."
Sedangkan wujud yang umum jin yang mendiami rumah adalah
ular . Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw mengingatkan agar tidak
sembarangan membunuh ular yang didapati di dalam rumah, karena boleh jadi ular
tersebut bukan ular sesungguhnya akan tetapi ular jelmaan dari jin. Dalam
sebuah hadits dikatakan, bahwa apabila mendapatkan ular di dalam rumah, maka
biarkan selam tiga hari. Apabila dalam waktu tiga hari masih ada, maka bunuhlah
karena dia ular biasa, bukan ular jelmaan jin. Hadits dimaksud adalah sebagai
berikut :
قَالَ « إِنَّ بِالْمَدِينَةِ
جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلاَثَةَ
أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ
شَيْطَانٌ
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya di Madinah ada seorang jin yang
sudah masuk Islam. Apabila kalian melihat sesuatu (maksudnya binatang atau
sejenisnya) maka biarkanlah (jangan dibunuh) selama tiga hari. Apabila setalah
hari masih ada dan nampak, maka bunuhlah karena dia itu adalah syaithan"
(HR. Muslim).
Dalam riwayat yang lain :
عن بن عباس عن النبي صلى الله عليه
و سلم قال الحيات مسخ الجن كما مسخت القردة والخنازير من بني اسرائيل
Artinya: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda: "Ular-ular itu adalah jin yang mengubah rupa dan
bentuknya sebagaimana Bani Israil yang berubah bentuk menjadi rupa monyet dan
babi" (HR. Thabrany dengan sanad yang sahih).
L. Kelemahan-kelemahan Jin
Meskipun jin dan setan memiliki kemampuan-kemampuan yang
tidak dimiliki oleh manusia, akan tetapi al-Qur'an dengan tegas mengatakan
bahwa hakikatnya setan dan tipu dayanya itu adalah lemah. Berikut adalah
beberapa macam kelemahan jin , di antaranya :
1. Tidak bisa mengalahkan
orang-orang saleh.
Bukti bahwa setan atau jin tidak akan dapat mengalahkan
orang saleh adalah perkataan setan sendiri ketika berdialog dengan Allah dalam
surat al-Hijr ayat 39-
Artinya: "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh
sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara
mereka". (QS. Al- Hijr 15: 39-40).
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa yang menyebabkan setan
itu dapat menguasai seseorang adalah karena perbuatan dosanya. Ketika seseorang
itu dekat dengan Allah, maka setan pun akan lari dan tidak akan pernah berani
mendekatinya apalagi menguasainya.
2. Setan takut dan lari
oleh sebagian hamba Allah
Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya
dengan benar serta menancapkan keimanannya dengan tangguh, maka setan pun akan
takut dan lari. Hal ini misalnya terdapat pada diri Umar bin Khatab. Dalam
sebuah hadits riwayat Imam Turmu-dzi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda kepada Umar: "Sesungguhnya setan sangat takut olehmu wahai
Umar" (HR. Turmudzi).
Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi setan (jin kafir)
juga akan takut oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya.
Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah
hadits berikut ini :
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله
عليه وسلم?قال : إن المؤمن لينصي شيطانه كما ينصي أحدكم بعيره في السفر
Artinya: "Sesungguhnya orang
mukmin akan dapat mengendalikan (mengalahkan) syaithannya sebagaimana salah
seorang dari kalian yang dapat mengendalikan untanya ketika bepergian"
(HR. Ahmad).
Bahkan, apabila seseorang betul-betul dan terus menerus
taat dan shaleh, ia dapat membawa qarinnya (penyertanya, karena setiap
manusia itu pasti disertai oleh setan (jin kafir) di sebelah kirinya dan
malaikat di sebelah kanannya atau sering disebut dengan qarin)
masuk Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam
Muslim berikut ini :
عن عبد الله قال قال رسول الله {صلى
الله عليه وسلم} ما منكم من أحدٍ إلا وقد وكل به قرينه من الجن وقرينه من
الملائكة قالوا وإياك يا رسول الله قال وإياي ولكن الله أعانني عليه فأسلم فلا
يأمرني إلا بخير
Artinya:
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada
seorangpun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin dan
seorang qarin (penyerta) dari malaikat". Para sahabat bertanya:
"Apakah termasuk Anda juga wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab:
"Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk
Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan"
(HR. Muslim).
3. Jin takluk dan taat
kepada Nabi Sulaiman.
Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan
jin dan setan sehingga semuanya dapat bekerja atas perintahnya. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam ayat al-Qur'an berikut ini dalam surat Shad ayat
36-38:
Artinya: "Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin
yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan
pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan
syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu" (QS. Shad ayat 36-38).
Mukjijat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai
pengabulan atas doanya yang mengatakan :
Artinya: "Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang
tidak diberikan kepada seseorang setalahku" (QS Shad 38:35).
Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah
tidak jadi untuk mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka
beliau. Dalam sebuah hadits Muslim dikatakan :
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْنَاهُ يَقُولُ
أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنْكَ
ثُمَّ قَالَ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَة اللَّهِ ثَلَاثًا وَبَسَطَ يَدَهُ كَأَنَّهُ
يَتَنَاوَلُ شَيْئًا فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ الصَّلَاةِ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَدْ سَمِعْنَاكَ تَقُولُ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا لَمْ نَسْمَعْكَ تَقُولُهُ
قَبْلَ ذَلِكَ وَرَأَيْنَاكَ بَسَطْتَ يَدَكَ قَالَ إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ
إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي فَقُلْتُ أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنْكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قُلْتُ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ
التَّامَّةِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ
وَاللَّهِ لَوْلَا دَعْوَةُ أَخِينَا سُلَيْمَانَ لَأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ
بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
" Dari Abu Darda berkata : “Suatu hari
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bangun, tiba-tiba kami mendengar
Rasulullah mengatakan: "Aku berlindung kepada Allah darimu", kemudian
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga berkata: "Allah telah
melaknatmu" sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya
seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai shalat,
kami bertanya: "Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu
yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Kami juga melihat anda membukakan
kedua tangan anda". Rasulullah menjawab: "Barusan Iblis, musuh Allah
datang membawa anak panah api untuk ditancapkan di muka saya, lalu aku berkata:
"Aku berlindung kepada Allah darimu" sebanyak tiga kali, kemudian
saya juga berakata: "Allah telah melaknatmu dengan laknat yang
sempurna" sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya.
Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan
mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah" (HR.
Muslim).
4. Jin atau setan tidak
dapat menyerupai Rasulullah
Setan dan jin tidak dapat menyerupai bentuk dan muka
Rasulullah Saw. Oleh karena itu, apabila seseorang bermimi melihat Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka ia sungguh telah melihatnya. Dalam hadits
shahih dikatakan :
أبا هريرة يقول قال رسول صلى الله
عليه و سلم : من رآني في المنام فقد رآني إن الشيطان لا يتمثل بي
Artinya:
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang
bermimpi melihatku, maka dia sungguh telah melihatku, karena setan tidak dapat
menyerupaiku" (HR. Muslim).
5. Jin dan setan tidak
dapat melewati batas-batas tertentu di langit
Sekalipun jin dan setan mempunyai kelebihan dapat
bergerak dengan cepat, akan tetapi mereka tidak akan dapat melewati batas-batas
yang sudah ditetapkan yang tidak dapat dilalui selain oleh para malaikat.
Karena apabila mereka berani melewatinya, maka mereka akan binasa dan hancur.
Karena itu pula, jin tidak dapat mengetahui dan mencuri informasi dari langit
sehingga apa yang dibisikkannya ke tukang-tukang ramal dan dukun adalah
kebohongan semata. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, dapat dilihat dalam surat
al-Rahman ayat 33-35).
6. Jin tidak dapat membuka
pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
أغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ
فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ
وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا
وأطفِئُوا مصابيحَكم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah
(ketika menutupnya), karena setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci
dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa
Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kuit binatang) dan
bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan
lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di
dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian" (HR.
Muslim).
M. Takutnya Jin
Jin dan manusia memiliki perbedaan derajat. Manusia lebih
tinggi derajatnya dari pada jin. Karena itulah sebenarnya jin sangat takut pada
manusia. Namun karena jin berhasil menakut-nakuti manusia maka manusia menjadi
takut pada jin. Sebagai seorang muslim seharusnya kita tidak boleh takut sama
jin, tetapi kita pun tidak menantang jin yang merupakan sifat sombong dari
syaitan, namun jika jin mengganggu manusia sudah sewajarnya manusia untuk
melawannya,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ
يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: "Sesungguhnya mereka
itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang
beriman" (QS. Ali Imran 3:175).
عن مجاهد قال الشيطان أشد فرقا من
أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تفرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب
Artinya: "Mujahid berkata:
"Syaithan itu sebenarnya sangat takut oleh salah seorang dari kalian
(manusia). Oleh karena itu, apabila kamu
mendapatinya, janganlah takut karena kalau takut, ia akan menunggangi kalian
(mengganggu), akan tetapi kerasi (kasarilah), pasti ia akan pergi".
(Riwayat Ibn Abi Dunya)
Artinya: "Mujahid berkata: "Sesungguhnya setan
dan jin kafir itu takut oleh kalian sebagaimana kalian takut oleh mereka"
(Riwayat Ibnu Abi Dunya)
عن مجاهد قال بينا انا ذات ليلة
أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال فشددت عليه لآخذه فقام فوثب فوقع خلف الحائط
حتى سمعت وقعته فما عاد إلي بعد ذلك
Artinya: "Imam Mujahid berkata:
"Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba muncul
makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk
ditangkap. Akan tetapi ia bangun dan lompat ke belakang dinding sehingga saya
mendengar jatuhnya. Setelah itu, ia tidak penah datang lagi" (Riwayat Ibnu
Abi Dunya).
N. Tertawa
dan Menangisnya Jin
Dalam
sebuah hadits dikatakan bahwa setan akan tertawa ketika seseorang menguap
dengan mengeluarkan suara misalnya; "euuuay" atau "haaaa".
Hadits bahwa setan tertawa adalah:
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله
عليه و سلم قال : إن الله يحب العطاس ويكره التثاؤب فإذا عطس فحمد الله فحق على كل
مسلم سمعه أن يشمته وأما التثاؤب فانما هو من الشيطان فليرده ما استطاع فإذا قال
هاه ضحك منه الشيطان
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai
bersin dan membenci nguap. Apabila seseorang bersin lalu mengucapkan
al-hamdulillah, maka muslim yang mendengarnya harus mendoakannya. Adapun
menguap datangnya dari setan, karenanya tahanlah sedapatmungkin. Apabila ia
menguap terus keluar suara "haaa", maka setan akan tertawa" (HR.
Bukhari dan lainnya).
Sementara setan akan menangis ketika seseorang membaca surat as-Sajdah dan ketika
sampai pada ayatsajdahnya
yakni ayat yang ke-15, ia melaksanakan Sujud Sajdah. Hal ini sebagaimana
dikatakan dalam sebuah hadits
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ
فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ : يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ
آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ
فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ »
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda: "Apabila anak Adam membaca surat as-Sajdah kemudian ia sujud sajdah
(ketika membaca ayat sajdahnya ayat ke-15), maka setan akan pergi menangis
sambil berkata: "Aduh celaka dan sialnya nasibku" Bani Adam
diperintah sujud, maka kemudian dia sujud maka baginya syurga, sedangkan aku
ketika diperintah sujud aku menolak maka bagiku neraka (HR. Muslim).
O. HUBUNGAN JIN DAN MANUSIA
1. Jin Kafir Musuh utama Manusia
Asal muasal permusuhan setan dengan manusia berawal sejak
Adam diciptakan, bahkan sebelum Adam diciptakan. Permusuhan ini diawali dengan
permusuhan antara nenek moyang setan yakni Iblis dengan nenek moyang manusia,
Nabi Adam. Iblis pada awalnya makhluk yang taat beribadah kepada Allah
sebagaimana malaikat. Akan tetapi ia memiliki perangai sombong dan keangkuhan
sehingga tidak mau sujud kepada Nabi Adam. Dengan sombong Iblis mengatakan
keengganan sujudnya itu :
أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي
مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
Artinya: "Iblis
berkata: "Aku lebih baik daripadanya (Adam), Engkau telah menciptakan saya
dari api sementara Engkau menciptakannya dari tanah" (QS. Al-Araf 7:12).
Kesombongannya
itulah yang menyebabkan Allah mengusir Iblis dari surga serta melaknat dan
membencinya sampai hari kiamat kelak. Akan tetapi, sebelum diusir, iblis
meminta satu permohonan kepada Allah untuk diijinkan hidup abadi sampai hari
Kiamat datang, dan Allah pun mengabulkannya. Oleh karena itu, iblis sampai sekarang masih hidup dan tidak akan mati
sebelum Kiamat terjadi. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah :
قَالَ أَنظِرْنِي إِلَى يَوْمِ
يُبْعَثُونَ قَالَ إِنَّكَ مِنَ المُنظَرِينَ
Artinya: "Iblis berkata:
"Tangguhkanlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah
berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh"
(QS. Al-A'raf: 14-15).
Penangguhan kematian iblis ini dimaksudkan agar ia
leluasa dalam mengganggu dan menjerumuskan manusia dari jalan yang benar. Dalam
al-Qur'an dikatakan, bahwa iblis akan senantiasa mengganggu dan menjerumuskan
manusia dari berbagai lini, mulai dari depan, belakang, sisi kanan, kiri dan
sebagainya. Ini artinya, kapanpun dan dimanapun, iblis dan setan akan terus
mencari celah untuk dapat menggoda dan menjerumuskan manusia. Hal ini
sebagaimana tertuang dalam firman Allah :
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي
لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ
أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ
وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Artinya: "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat,
saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)" (QS. Al-Araf 7:16-17).
Sedangkan target permusuhan jin kafir (setan) ada dua
yaitu target jangka panjang dan target jangka pendek. Adapun target jangka
panjang adalah menjerumuskan manusia ke dalam api neraka, hal ini sebagaimana difirmankan oleh
Allah dalam surat Fatir ayat 6
Artinya: "Sesungguhnya syaitan-syaitan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (Fathir: 6).
Sedangkan misi dan tujuan
jangka pendeknya adalah:
a. Menjerumuskan manusia
dalam perbuatan syirik dan kufur
Syaithan senantiasa mengajak para hamba untuk menyembah
selain Allah serta berusaha membuat mereka kufur kepada Allah dan syariatNya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hasyr ayat 16 berikut ini:
Artinya: "(Bujukan orang-orang munafik itu
adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia:
"Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir,
maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena
sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam" (QS. Al-Hasyr:16).
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah Saw suatu
hari pernah berkhutbah :
Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah
memerintahkan saya untuk mengajarkan kepada kalian apa yang kalian belum
ketahui yang pada hari ini Allah baru saja mengajarkannya kepada saya. Allah
berfirman: "Seluruh harta yang Aku karuniakan kepada hamba adalah
halal. Aku menciptakan hamba- hambaKu semuanya suci, bersih dan lurus. Hanya
saja, syaithan datang menggoda mereka. Syaithanlah yang memalingkan mereka dari
agama mereka yang lurus, syaithan juga yang mengharamkan apa yang Aku
halalkan kepada mereka. Mereka juga menganjurkan
dan mengajak para
hamba untuk menyekutukanKu dengan sesuatu yang Aku sendiri
belum menurunkan ilmu kepadanya" (HR. Muslim).
b. Menjerumuskan manusia kepada perbuatan dosa dan
durhaka
Dalam
hal ini Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Ingatlah,
bahwasannya syaithan sudah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini.
Akan tetapi kalian akan mentaatinya dalam perbuatan-perbuatan yang oleh kalian
sendiri dipandang hina, dan syaithan akan meridhainya" (HR. Turmudzi dalam
Shahih Sunannya).
Dalam hadits lain Rasulullah Saw juga bersabda:
Artinya: "Jabir berkata, Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya syaithan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang
yang shalat di daerah Arab, akan tetapi (syaithan akan diikuti) dalam hal
memburu dan saling kasar di antar mereka" (HR. Muslim).
c. Menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan
Bukan hanya menjerumuskan manusia
ke dalam perbuatan dosa dan durhaka,
syaithan juga senantiasa menghalang-halangi manusia dari perbuatan
baik dan taat. Dalam sebuah hadits dari Saburah bin Abi Fakih bahwasannya ia mendengar
Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya syaithan selalu duduk (menggoda)
keturunan Adam di semua sisi dan jalannya. Ia duduk di jalan Islam sambil
berkata: "Kamu masuk Islam dan meninggalkan agamamu, agama bapak dan nenek
moyangmu, mengapa?" Lalu hamba itu tidak menghiraukannya dan ia tetap
masuk Islam.
Kemudian syaithan duduk di jalan
hijrah sambil berkata: "Mengapa kamu
berhijrah segala sementara kamu meninggalkan tanah air dan
hartamu?" Hamba itu tidak mempedulikannya, dan ia pun tetap hijarah.
Kemudian syaithan duduk di jalan jihad sambil berakata:
"Mengapa kamu hendak berjihad segala, padahal dengan demikian
kamu akan mengorbankan harta dan nyawa
atau kamu akan terbunuh. Mendingan kamu menikah
dengan seorang wanita, lalu berbagi harta
dengannya?" Hamba tadi tidak memperdulikannya, da ia pun
tetap berjihad.
Rasulullah bersabda kembali:
"Barangsiapa yang melakukan hal demikian,
maka Allah berhak untuk memasukkannya ke dalam surga. Barang siapa
yang terbunuh (dalam medan perang) atau tenggelam, maka Allah berhak untuk
memasukkannya ke dalam surga" (HR. Nasai).
d. Merusak ketaatan
Apabila syaithan tidak dapat menggoda manusia untuk
meninggalkan kebaikan dan taat, maka ia tetap akan berusaha menggoda dan menjerumuskan
manusia dengan cara merusak ketaatan dan kebaikan tersebut, agar si hamba
tidak mendapatkan pahala dari ketaatannya itu. Dalam sebuah
hadits dikatakan, bahwa Utsman bin al-Ash pernah
datang ke pada Rasulullah Saw sambil
berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya syaithan telah
menghalang-halangi antara saya dengan shalat dan membaca (al-Qur'an) saya,
dengan cara berwujud dalam wujud Ali".
Mendengar hal itu Rasulullah Saw
bersabda: "Syaithan yang mengganggu kamu
itu bernama Khinzib. Apabila kamu merasakan
datangnya, maka berlindunglah kepada Allah
dari godaannya dan meludahlah ke sebelah kiri
sebanyak tiga kali". Utsman berkata: "Lalu
aku melaksanakan petunjuk Rasulullah Saw tadi, sehingga Allah
mengusir syaithan itu dari saya" (HR. Muslim).
Apabila seseorang melaksanakan shalat,
maka syaithan datang membisikkan dan menggodanya dengn cara, menyibukkan dengan berbagai hal,
mengingat-ngingat urusan dunia, menghadirkan barang- barang yang hilang sampai
membuat orang yang shalat itu ngantuk atau lalai. Dalam hadits riwayat Imam
Bukhari dikatakan:
Artinya: "Dari Abu Hurairah, bahwasannya
Rasulullah Saw bersabda: "Apabila dipanggil untuk shalat
(adzan berkumandang), Syaithan segera membelakangi sambil kentut dengan keras
sehingga orang itu tidak mendengar adzan tersebut.
Apabila adzan telah selesai,
ia segera menghampirinya. Apabila
ia melaksanakan shalat, ia kembali membelakangi sambil
membisikkan antara seseorang dengan dirinya. Syaithan itu mengatakan:
ingat ini, ingat itu, sehingga ia tidak tahu berapa rakaat dia
shalat" (HR. Bukhari Muslim).
Tidak sampai di sana, syaithan juga menggoda dengan jalan
membisikkan kepada seseorang untuk melewat dihadapan orang yang
sedang shalat. Dalam sebuah hadits riwayat
Imam Bukhari dikatakan, bahwa Shalih as-Samman pernah
melihat Abu Said al-Khudry pada hari
Jumat sedang melaksanakan shalat. Tiba-tiba seorang pemuda dari
Bani Mu'ith bermaksud melewat di hadapan Abu Said yang sedang shalat.Abu Said
kemudian menahan dan menghalanginya. Pemuda itu kemudian menatap Abu Said, dan
kembali mencoba melewatinya, akan tetapi Abu Said kembali menghalanginya dengan
lebih keras lagi. Pemuda itu kemudian menghadap kepada
Marwan.
Marwan kemudian bertanya kepada Abu
Said: "Mengapa kamu melakukan hal demikian kepada putra saudaramu ini, wahai Abu Said?"
Abu Said menjawab: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Apabila seseorang sedang shalat menghadapi
sesuatu yang menghalanginya dari orang banyak, lalu seseorang berusaha untuk
melewatinya, maka halangilah dia. Apabila ia menolak dan terus hendak
melewatinya, maka perangilah dia karena dia itu adalah syaithan" (HR.
Bukhari).
e. Menyakiti anggota tubuh dan jiwa manusia
Di samping menggoda dan menjerumuskan dari ketaatan,
syaithan juga seringkali menyakiti tubuh, anggota fisik dan jiwa manusia. Untuk
lebih jelasnya akan hal ini, berikut dalil-dalil dan kisah-kisah yang
membuktikan hal tersebut.
Ø Dalam sebuah hadits
dikatakan bahwa Rasulullah Saw pernah suatu
saat ketika sedang melaksanakan shalat, Iblis bermaksud
melemparkan anak panah apinya ke wajah Rasulullah Saw, akan tetapi
Rasulullah kemudian berlindung kepada Allah sehingga Iblis tersebut dapat dilumpuhkan
sebagaimana telah dipaparkan
pada pembahasan tentang kelemahan-
kelemahan jin dan setan pada sub, jin dan setan tunduk dan taat kepada
Nabi Sulaiman.
Ø Untuk menyakiti jiwa seseorang, syaithan juga datang
dalam mimpi. Dalam berbagai keterangan dikatakan bahwa
syaithan dapat datang menjelma dalam mimpi seseorang dengan cara
mengganggu dan menyempitkan hatinya sehingga
orang tersebut menjadi sedih dan putus asa. Oleh karena itu, dalam
sebuah hadits dikatakan, bahwa mimpi itu ada tiga macam :
Artinya: Abu Hurairah berkata:
"Mimpi itu ada tiga macam; Mimpi
yang berupa kabar gembira yang bersumber dari Allah, mimpi yang merupakan
bisikan hati, dan mimpi yang menakutkan yang bersumber dari syaithan" (HR.
Ibnu Majah).
Dalam hadits lain dikatakan:
Artinya: "Abu Said al-Khudri
pernah mendengar Rasulullah Saw
bersabda:"Apabila seseorang bermimpi yang menyenangkan, maka
itu bersumber dari Allah, oleh karenanya bertahmidlah (ucapkanlah
alhamdulillah), dan sebut-sebutlah dia di hadapan
orang lain. Apabila ia bermimpi yang
menakutkan atau bermimpi sesuatu yang dibenci,
maka ia bersumber dari syaithan, karenanya berlindunglah kepada
Allah dari kejahatannya (ucapkan audzubillah minasyaithan wa sayyiatil ahlam), dan janganlah ia menyebut-nyebutkannya kepada
orang lain. Kalau ia berlindung kepada
Allah (mengucapkan ta'udz tadi), maka syaithan
itu tidak akan bisa menyakitinya" (HR. Bukhari).
f. Membakar rumah
Selain menyakiti tubuh dan jiwa, syaithan
juga seringkali berbuat jahat berupa menghilangkan
harta, kekayaan dan tempat tinggal, berupa membakar rumah. Dalam sebuah hadits
dikatakan:
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda:
"Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena
syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu
(yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga
dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).
g. Mengganggu orang yang sedang sakaratul maut
Syaithan memang musuh yang paling nyata. Semua lini dan sisi, ia terus masuki dengan tujuan dapat
menjerumuskan manusia ke dalam kedurhakaan. Bukan
saja ketika masih hidup, akan tetapi ketika menjelang ajal
sekalipun. Ketika manusia sakaratul maut, syaithan masih menggoda dan mengganggu
dengan
jalan memukul-mukul dan membisikkan
hal-hal keduniawian agar orang yang sedang
sakaratul maut tadi tidak mengingat Allah lagi.
Oleh karena itu, Rasulullah menganjurkan agar orang yang sedang sakaratul
maut ditalqin (dibimbing dengan kalimat-kamimat
yang baik) sehingga ketika nyawa dan ruhnya lepas, ia
senantiasa mengingat
kepada Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan
bahwa Rasulullah menganjurkan ummatnya
untuk berlindung dari godaan syaithan ketika sakaratul
maut tadi dengan membaca doa berikut ini:
Artinya: "Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kebimbangan,
kehancuran, tenggelam, kebakaran. Aku juga berlindung kepadaMu dari
godaan dan pukulan syaithan ketika sakaratul maut.
Aku juga berlindung kepadaMu dari kematian
yang lari dari jalanMu, juga dari kematian yang sangat sakit
menyengat" (HR.Nasai)
h. Menyakiti setiap bayi yang baru lahir
Selain yang sedang sakaratul
maut, syaithan juga seringkali menyakiti
setiap bayi yang baru lahir. Dalam hadits dikatakan:
Artinya: "Dari Abu Hurairah,
Rasulullah Saw bersabda: "Setiap keturunan
Adam, pasti disentuh oleh syaithan ketika lahirnya kecuali
Siti Maryam dan putranya (Nabi Isa)" (HR. Muslim).
Dalam hadits lain dikatakan:
Artinya; "Rasulullah saw bersabda:
"Setiap keturunan Adam yang lahir
pasti dicubit oleh jari-jari syaithan di kedua pinggirnya kecuali
Isa putranya Maryam" (HR. Bukhari).
Artinya: "Abu Hurairah berkata:
"Saya pernah mendengar Rasulullah Saw
bersabda: "Tidak ada seorangpun bayi yang baru dilahirkan dari
keturunan Adam, kecuali ia telah disentuh (dicubit) oleh syaithan
sehingga ia lahir sambil berteriak (menangis)
karena cubitan syaithan tersebut, kecuali Maryam dan putranya (Nabi
Isa)" (HR. Bukhari).
Dalam hadits dikatakan, Siti Maryam dan putranya tidak
terkena cubitan syaithan karena berkat doa dari ibunya, ibunya Siti Maryam, yang berdoa:
Artinya: "(Ibunya
Maryam berdoa) dan aku
melindungkannya (Siti Maryam) dan keturunannya kepadaMu dari gangguan syaithan yang terkutuk" (QS. Ali
Imaran: 36).
Apakah hanya Siti Maryam dan
putranya yang tidak diganggu oleh syaithan
ketika dilahirkan? Jawabannya tidak. Mungkin masih banyak lagi yang juga tidak
diganggu oleh syaithan. Dalam hadits lain riwayat Imam Bukhari dikatakan, bahwa
Ammar bin Yasir pun termasuk salah seorang yang tidak diganggu dan tidak
dicubit ketika ia dilahirkan.
i. Menebarkan penyakit Tha'un
Syaithan juga seringkali
menyebarkan penyakit menular semisal penyakit
kulit dan yang lainnya. Akan tetapi hal ini tidak dapat dipahami
bahwa semua wabah penyakit menular adalah bersumber dari syaithan.
Boleh jadi karena tempat tersebut kotor,
tidak bersih. Syaithan hanyalah salah
satu faktor penyebab hal itu. Dalam
sebuah hadits Rasulullah bersabda:
Artinya:
Rasulullah Saw bersabda: "Penyakit Tha'un
dan duri musuh-musuh kalian itu semuanya dari
Jin. Ia (jin itu) menyaksikan kalian semua" (HR. Hakim)
Bahkan, dalam salah
satu keterangan juga dikatakan bahwa darah
istihadah juga terkadang dari syaithan. Rasulullah
bersabda kepada Hamnah bint Jahsy:
"Ini (darah istihadah) adalah kotoran syaithan"
(HR. Abu Dawud dan Nasai). Akan tetapi sekali lagi, tidak berarti bahwa
setiap yang mengidap penyakit istihadah, itu bersumber dari syaithan, akan
tetapi boleh jadi karena faktor makanan atau hal lainnya.
Hanya saja, syaithan juga terkadang menyakiti perempuan dengan jalan istihadah ini.
j. Ikut makan, minum dan tinggal bersama manusia
Termasuk salah satu menyakiti dan melukai manusia,
syaithan juga seringkali ikut serta dengan manusia dalam makan, minum dan
tinggal. Hal ini dimaksudkan tentunya agar syaithan lebih leluasa dalam
menjerumuskan dan menggoda manusia ke jalan yang sesat Dalam
berbagai keterangan dikatakan, ketika seseorang makan, minum dan masuk atau
keluar rumah tanpa menyebut nama Allah
(tanpa berdoa), maka syaithan akan
mengikutinya; ia akan ikut makan, minum dan tidur di rumah. Akan tetapi bagi
mereka yang menyebut nama Allah ketika makan, minum dan tidurnya, maka syaithan
tidak akan pernah menyentuh makanan, minuman dan tempat tidur atau tempat
tinggal orang tersebut. Untuk itu, pantas, kalau Rasulullah
Saw senantiasa mengajarkan dan menganjurkan ummatnya
untuk selalu membaca doa atau paling tidak menyebut nama Allah dalam
setiap gerak geriknya termasuk dalam makan, minum dan tidurnya. Hal
ini, bukan saja untuk meraup pahala dan mengikuti
sunnah Rasulullah Saw, akan tetapi juga
demi kebaikan orang tersebut, yakni terhindar
dari gangguan jin kafir (syaithan) yang
setiap detik berusaha mengganggu dan menjerumuskan manusia
dalam kenistaan.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah hadits-hadits yang
menerangkan tentang hal di atas :
1) Syaithan akan ikut makan dan minum,
ketika orang tersebut tidak mengucapkan doa atau tidak menyebut nama
Allah terlebih dahulu. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah
hadits ayng diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwasannya Hudzaifah berkata:
"Kami (para sahabat) apabila berkumpul bersama Rasulullah Saw, lalu
dihadirkan makanan kepadanya, kami tidak berani menyentuh makanan tersebut
sebelum Rasulullah Saw terlebih dahulu menyentuhnya. Suatu hari,
dihidangkan kepada kami makanan tersebut. Tiba-tiba, datang seorang budak
perempuan yang sudah tidak sabaran. Begitu melihat
makanan di hadapan kami, ia langsung bergegas menghampirinya dan langsung
menyodorkan tangannya untuk menyentuh makanan tersebut. Rasulullah
Saw kemudian memegang dan menahan tangan budak
wanita tadi. Tidak lama dari itu, datang juga seorang arab baduwi, juga sama
menyodorkan tangannya untuk meraih makanan, akan tetap Rasulullah Saw menahan dan memegang tangannya itu. Rasulullah kemudian bersabda:
"Sesungguhnya syaithan akan ikut memakan makanan yang tidak disebutkan
nama Allah sebelumnya. Syaithan barusan datang menyertai budak wanita
tadi, lalu syaithan itu bermaksud mengambil
makanan dengan menggunakan tangan budak wanita itu. Demikian juga,
setan datang menyertai orang arab baduwi tadi untuk mengambil
makanan, dan karena itulah saya pegang dan
saya tahan tangan kedua orang tadi. Demi
diri ku yang berada pada kekuasaanNya, sesungguhnya
tangannya itu (tangan setan) berada pada tangan saya bersama dengan tangan
budak wanita tadi" (HR. Muslim).
Setan akan merusak kekayaan manusia dan akan tinggal di
dalam bejana / lemari yang tidak disebutkan nama Allah
sebelumnya. Dalam sebuah hadits dikatakan,
untuk menjaga agar setan tidak merusak harta dan tidak ikut masuk
ke dalam rumah, sebaiknya ketika menutup pintu, lemari dan lainnya, terlebih
dahulu berdoa atau paling tidak menyebut nama Allah. Dalam sebuah hadits
dikatakan :
Artinya : "Rasulullah Saw
bersabda: "Tutuplah pintu-pintu, dan
sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena setan tidak
akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup
jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air
minum yang terbuat dari kulit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk
masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan
lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya
menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah
lampu-lampu kalian" (HR. Muslim).
Orang yang makan dan minum sambil berdiri, akan ditemani
setan. Dalam berbagai keterangan, Rasulullah menganjurkan ummatnya
agar ketika makan dan minum sambil duduk,
tidak sambil berdiri. Kecuali ketika minum air zam zam, Rasulullah
mensunatkan ummatnya untuk minum sambil berdiri, karena
dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa Rasulullah
minum air zam zam sambil berdiri.
Rasulullah melarang ummatnya untuk meminum atau makan
sambil berdiri karena makan dan minumnya akan disertai oleh setan. Berikut ini
hadits yang dimaksudkan :
Artinya: "Rasulullah suatu hari melihat seorang
laki-laki yang minum sambil berdiri. Lalu Rasulullah Saw berkata
kepadanya: "Duduklah!" Laki-laki itu menjawab: "Mengapa saya
mesti duduk?" Rasulullah Saw menjawab: "Apakah kamu bahagia
kalau minum bersama kucing?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak".
Rasulullah Saw bersbda kembali: "Sesungguhnya kamu tadi telah minum dengan
sesuatu yang jauh lebih jahat dari pada kucing, yaitu setan" (HR. Imam
Ahmad, dan Bazzar).
Setan ikut masuk ke dalam rumah yang tidak menyebut nama
Allah (berdoa) ketika masuknya. Dalam sebuah hadits dikatakan :
Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia
mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia
menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaithan
akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak dapat nginep
dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk
rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya,
syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR. Muslim).
k. Masuk ke tubuh manusia.
Selain menyakiti badan, jiwa dan
menyertai manusia dalam segala gerak dan
langkahnya, setan juga seringkali masuk ke tubuh manusia. Dalam istilah
Indonesia sering disebut dengan Kesurupan, dan dalam bahasa Sunda dikenal
dengan Kaasupan Jurig (dalam bahasa arab ashar'u atau lams al-jin). Sehubungan
dengan masalah kesurupan ini, Ibnu Taimiyyah dalam bukunya Majmu al-Fatawa(24/276), berkata:
"Para ulama ahli sunnah wal jama'ah sepakat, bahwa jin dapat masuk
ke dalam tubuh dan badan manusia. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat
al-Baqarah ayat 275 :
Artinya : "Orang-orang yang makan
(mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit
gila" (QS. Al-Baqarah:275)."
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal
pernah bertanya kepada ayahnya, Ahmad bin
Hanbal: "Sesungguhnya orang-orang berkata bahwa jin
tidak bisa masuk ke badan orang- orang yang kesurupan. Imam Ahmad bin
Hanbal berkata: "Anakku, mereka berkata bohong. Mereka hanya berkata
dengan ucapannya sendiri"
Ibnu Taimiyyah juga berkata:
"Perkataan ini (jin dapat masuk ke
dalam tubuh manusia) adalah perkataan yang
masyhur (dikenal oleh semua
ulama). Orang yang
kemasukkan jin (kesurupan) tidak akan merasakan sakit ketika dipukul,
kata-katanya akan ngelantur. Orang yang kemasukan jin ini
akan menampakkan banyak keanehan,mulai dari bicara dan gerakannya. Seolah-olah yang berkata dan bergerak
itu adalah orang tersebut (orang yang kesurupannya),
padahal hakikatnya adalah jenis lain, bukan manusia (yaitu jin)". Bahkan,
Ibnu Taymiyyah masih dalam al-Majmu'nya mengatakan:
"Tidak ada seorangpun ulama yang mengingkari bahwa jin
dapat memasuki tubuh manusia yang lalai mengingat
Allah. Barang siapa yang mengingkari hal ini dan mengatakan bahwa
syara' tidak mengakui hal demikian, maka sungguh dia telah mendustai syara itu
sendiri. Tidak ada dalam dalil-dalil syara yang menolak hal itu (tidak
ada dalil satu pun yang mengingakari bahwa jin dapat
masuk ke tubuh manusia yang kesurupan).
Mereka yang mengingkari hal ini hanyalah
sekelompok kecil dari golongan Mu'tazilah yakni Imam Al-Jubai dan Abu Bakar
ar-Razi.
P. Kiat-kiat menghadapi
gangguan Jin
Sebagaimana telah dijelaskan di
atas, bahwa jin (setan) senantiasa mengganggu
dan "menyerang" manusia khususnya orang mukmin dari
berbagai sisi dan dalam berbagai keadaan. Untuk itu, agar usaha mereka tidak
berhasil dan dapat dipatahkan, maka seorang mukmin harus mempunyai
"senjata" khusus dalam menghadapi mereka. Di antara
"senjata" yang harus dipegang seorang mukmin dalam
melawan "serangan" setan ini, adalah sebagai berikut :
1. Berlindung dan memohon bantuan hanya kepada Allah Swt.
Mengenai "senjata" ini, Allah telah berfirman
dalam surat al-A'raf ayat 199-200 :
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu
ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah
kepada Allah .Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui" (QS. Al-Araf: 199-200).
Adapun keadan atau situasi yang memungkinkan adanya
gangguan jin adalah sebagai berikut :
a. Ketika masuk WC
Rasulullah Saw menganjurkan agar setiap kali masuk ke WC,
terlebih dahulu membaca doa sebagai permohonan perlindungan
kepada Allah dari gangguan setan laki-laki
dan setan perempuan. Hal ini sebagaimana tertuang dalam hadits
berikut ini :
Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Saw
bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh
karena itu, apabila seseorang di antara kalian
masuk WC, maka katakanlah: Allahumma Inni audzubika minal khubutsi
wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin
laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu
Dawud, Nasa'I, Ibnu Majah dan Ahmad).
b. Ketika marah
Ketika seseorang marah, maka setan akan dengan mudah
masuk dan menggodanya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw mengajarkan bahwa ketika
seseorang marah, hendaklah ia membaca ta'udz, audzubillahi minasyaithanir rajim.
Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits berikut ini :
Artinya : "Dari Sulaiman bin
Shurad berkata : "Ada dua orang saling
memaki di hadapan Rasulullah, saat itu kami sedang duduk di
sampingnya. Salah seorang dari keduanya memaki temannya dengan
sangat marah sehingga tampak mukanya memar
merah. Rasulullah Saw kemudian bersabda:
"Sesungguhnya saya mengetahui sebuah kalimat yang apabila diucapkan,
maka marah kalian akan hilang, yaitu: Audzu billah minas syaithanir rajim
(Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)" (HR.
Bukhari Muslim).
c. Ketika berhubungan badan suami isteri
Rasulullah Saw juga menganjurkan agar sebelum
melaksanakan hubungan badan, terlebih dahulu berdoa dan berlindung kepada Allah
dari godaan setan. Dalam sebuah hadits dikatakan :
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda:
"Apabila salah seorang dari kalian
hendak menggauli isterinya kemudian sebelum menggaulinya ia membaca
doa: "Bismillah, allahumma jannibnaas syaithan wa jannibis
syaithana ma razaqtana" (Dengan menyebut
nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari gangguan dan
godaan setan serta jauhkanlah setan itu dari apa yang akan Eukau
anugerahkan kepada kami (anak), maka apabila
dari hubungan tersebut ditakdirkan membuahkan seorang
anak, maka anak itu tidak akan diganggu oleh setan selamanya" (HR.
Muttafaq 'alaih).
d. Ketika turun dari lembah atau dari rumah
Rasulullah Saw mengajarkan bahwa apabila
seseorang keluar dari rumah, atau melewati lembah, tempat angker
hendaklah membaca doa sebagaimana tercantum dalam hadits berikut :
Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Kalau saja
seseorang di antara kalian keluar rumah lalu berdoa: Audzu
bikalimatillahit tammati min syarri ma khalaq (Aku berlindung kepada Allah
dengan perantaraan kalimah Allah yang sempurna dari kejahatan
makhluknya), maka ia tidak akan diganggu sedikitpun sejak ia berada di rumah
itu sampai ia meninggalkannya" (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih).
e. Ketika mendengar ringkikan keledai
Dalam hal ini Rasulullah bersabda :
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw
bersabda: "Apabila kalian mendengar ayam jantan berkukuruyuh
(kongkorongok), maka mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam
itu melihat malaikat. Dan apabila kalian
mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah
dari godaan dan tipu daya syaithan karena keledai itu telah melihat
syaithan". (HR. Bukhari Muslim).
f. Ketika hendak membaca al-Qur'an
Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 98-99 :
Artinya: "Apabila kamu membaca Al-Qur`an
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang- orang yang beriman
dan bertawakkal kepada Tuhannya" (QS. An-Nahl: 98-99).
2. Senjata kedua adalah
memohonkan perlindungan kepada Allah untuk keluarga dan seluruh keturunan
Dalam
sebuah hadits dikatakan :
Artinya:
"Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw pernah memohonkan perlindungan untuk
Hasan dan Husain (cucu beliau) dengan mengatakan: U'idzukuma bikalimatillahit
tammah min kulli syaithan wa hammah wa min kulli 'ainin laammah (Aku memohon
perlindungan untuk kamu berdua dengan perantaraan kalimah Allah yang sempurna
dari semua kejahatan setan dan semua hawa nafsu, juga dari semua
kejahatan mata yang penuh (dengki)".
Rasulullah Saw kemudian bersabda kembali:
"Sesungguhnya nenek moyang kalian berdua (maksudnya Nabi Ibrahim) juga
pernah memohonkan perlindungan untuk kedua putranya Ismail dan Ishak" (HR.
Bukhari).
3. Senantiasa menyibukkan diri untuk terus berdzikir kepada Allah
Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Yahya
memerintahkan Bani Israil untuk melakukan lima
hal. Salah satunya adalah dzikrullah, karena seseorang tidak
dapat menjaga dirinya dari godaan setan, melainkan dengan dzikir kepada Allah (mengingat Allah).
Dalam al-Qur'an surat al-Araf ayat 201 Allah berfirman :
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang
yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka
ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya" (QS. Al- Araf: 201)
Referensi :
1.
Yang dimaksud dengan
sekarang, ialah waktu sesudah Nabi Muhammad s.a.w. diutus menjadi rasul.
2.
HR. Muslim di dalam
kitab Az-Zuhd dan Ahmad di dalam Al-Musnad.
3. Amr bin abasah
mengisahkan bahwa rasulallah bersabda, “Sholat
subuhlah kalian. lalu tahanlah diri dari sholat (jangan sholat) sampai matahari
terbit sehingga (benar-benar) naik, karena sesungguhnya dia muncul di antara
dua tanduk setan. Ketika itu, orang- orang kafir sedang sujud menyembahnya.
Setelah (melewati waktu itu) maka sholatlah, karena sesungguhnya sholat itu
disaksikan dan dihadiri (para malaikat) sampai tombak tidak memiliki bayangan
(matahari tepat berada ditangah-tangah). Lalu tahanlah diri dari sholat, karena
sesungguhnya ketika itu neraka jahanam dinyalakan. Lalu apabila bayangan
matahari telah nampak (matahari tergelincir ke arah barat) maka sholatlah,
karena sesungguhnya sholat itu disaksikan dan dihadiri (para malaikat) hingga
kamu sholat ashar. Kemudian tahanlah diri dari sholat sampai matahari
tenggelam, karena sesungguhnya dia tenggelam di antara dua tanduk setan. Ketika
itu orang-orang kafir sujud menyembahnya.” (HR. Muslim 832) Mengenai pengertian
dua tanduk setan ini menurut Imam Nawawi para ulama berbeda pendapat, ada yang
mengartikan bahwa ketika manusia shalat pas pada waktu itu maka setan akan
mengikuti dengan kedua tanduknya dan ada pula yang berpendapat ketika orang
kafir sujud kepada matahari maka setan berdiri di sana agar mengira dirinyalah
yang disembah, ada juga yang mengartikan secara kiasan bahwa tanduk di situ
artinya adalah kesombongan dari setan. (Shahih Muslim bi Syarh An
Nawawi Juz IV /124)
4. Ibnu Az-Zubair meriwayatkan bahawa suatu ketika
ia melihat seorang lelaki memakai pakaian yang biasa digunakan ketika bepergian
tingginya satu jengkal (20 -30 cm) lalu Ibnu Az-Zubair bertanya: “Siapa engkau ini ?” Makhluk itu menjawab: “Aku Izib”. Ibnu Az-Zubair berkata: “Apa Izib itu?” Makhluk itu menjawab: “Izib ya Izib”. Lalu Ibnu Az-Zubair memukulnya dengan
tongkatnya hingga makhluk itu lari terbirit-birit. (Al-Syibli Al Hanafi dalam
Ahkam Al Marjan fi Ghara’ib Al Akhbar wa Ahkam al Jan hal 224)
5. Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa jika
dibacakan bismillah, jin akan mengecil sebesar lalat (mungkin ini adalah ukuran
aslinya jin). Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya meriwayatkan dari ayah Abu
Al-Malih, seseorang yang bernama Usamah bin Umari,ia diboncengi oleh
rasulallah. Usamah berkata, “Tunggangan Nabi tergelincir, maka aku katakan:
‘‘Tsa’isas-syaithaan (celakalah setan), bahwa Rasulallah bersabda, “Janganlah
engkau mengatakan celakalah setan, karena dengan itu dia justru membesar hingga
seperti gunung. Lalu dia akan mengatakan, ‘Dengan segala kekuatanku, aku
jatuhkan dia!’ Tapi, hendaklah dia mengucapkan: ‘Bismillah”. Karena jika engkau
mengatakan seperti itu, setan itu mengecil hingga menjadi seperti seekor
lalat.” (Hadist riwayat Ahmad 5:95, Abu Dawud 4982, An-Nasa’i, Nawawi,
Al-Hakim, Mardawaid dan dishahihkan oleh Al-Albani)
6. Imam adh-Dhahhak pernah ditanya: “Apakah setan mempunyai sayap?” ia menjawab:“Bagaimana mereka dapat
terbang menuju langit kalau mereka tidak memiliki sayap.” (H.R. Ibnu Jarir)
7. “Sesungguhnya setan menampakkan diri di
hadapanku untuk memutus shalatku. Namun Allah memberikan kekuasaan kepadaku
untuk menghadapinya. Maka aku pun membiarkannya. Sebenarnya aku ingin
mengikatnya di sebuah tiang hingga kalian dapat menontonnya. Tapi aku teringat
perkataan saudaraku Sulaiman ‘alaihissalam: ‘Ya Rabbi anugerahkanlah kepadaku
kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku’. Maka Allah mengusirnya
dalam keadaan hina.” (HR.
Al-Bukhari no. 4808, Muslim no. 541 dari Abu Hurairah)
8. Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedang mendirikan shalat, lalu didatangi setan. Beliau memegangnya dan
mencekiknya. Beliau bersabda: “Hingga
tanganku dapat merasakan lidahnya yang dingin yang menjulur di antara dua
jariku: ibu jari dan yang setelahnya.”(HR. Ahmad, 3/82-83 dari Abu Sa’id
Al-Khudri).
9.
Mukhtasor Shahih Muslim karya Az-Zabidi: 1078
10.
Siroh Ibnu Hisyam 2/122
11. Dari Ibrahim dari Ibnu Mas’ud, katanya:“Bunuhlah
semua ular kecuali jin putih yang bentuknya seperti tongkat perak”. (H.R. Abu Daud) Al Mudziri berkata
hadits ini munqothi’ sebab Ibrahim tidak pernah bertemu Ibnu Mas’ud, Rasulullah
Saw bersabda: “Ular-ular itu
adalah jin yang mengubah rupa dan bentuknya sebagaimana Bani Israil yang
berubah bentuk menjadi rupa monyet dan babi.” (H.R. Thabrani dengan sanad yang
sahih)
12.
Mukhtasor Shahih Muslimi: 1498
13.
Ibnu Abbas berkata: “Suatu hari seekor tikus
datang menyeret kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah
Saw yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus
tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Saw Kemudian bersabda:
“Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud
seekor tikus” (H.R. Abu Dawud dengan sanad shahih).
14. Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang
siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihatku. Sesungguhnya
setan tidak dapat menjelma sepertiku. (Shahih
Muslim No.4206)
15.
Hadis riwayat Abu Qatadah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang
siapa yang melihat aku dalam mimpi, maka dia benar- benar melihat sesuatu yang
benar. (Shahih Muslim
No.4208)
16.
Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23
17.
“Jika
kalian mendengar ringkikan keledai, maka mintalah perlindungan kepada Allah
dari setan karena sesungguhnya dia melihat setan.” (HR.
Al Bukhari : 3303 dan Muslim : 2729)
18.
Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud; dari
Jabir bin Abdullah radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,Apabila kalian mendengar gonggongan anjing dan ringkikan
keledai pada malam hari, maka mintalah perlindungan (ta’awwudz) kepada Allah,
karena mereka melihat sesuatu yang tidak kalian lihat.” Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah no. 29797; Ahmad 3/306 dan 355; Abd bin Humaid no. 1157-Muntakhab;
al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 1234; Abu Dawud, Kitab al-Adab, Bab
ad-Dik wa al-Bahaim, 2/748, no. 5103; Abu Ya’la no. 2221 dan 2327; Ibnu Hibban
no. 5517 dan 5518; ath-Thabrani dalam ad-Du’a` no. 2008; al-Hakim 4/283;
al-Baghawi no. 3060: dari berbagai jalur, dari Muhammad bin Ishaq, dari
Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits, dari Atha` bin Yasar, dari Jabir dengan
hadits tersebut.
19.
Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 3/94
20.
Al-Hasan Al-Bashri t. Beliau menyatakan: “Iblis
tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali, dan dia
benar-benar asal usul jin, sebagaimana Adam adalah asal usul manusia.”
Diriwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsir surat
Al-Kahfi ayat 50, dan dishahihkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya.
21. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793
22. Tafsir
Ibnu Jarir, 1/49
23. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu doanya, beliau melantunkan: “Aku berlindung dengan kemuliaan-Mu
yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Dzat yang tidak akan
mati. Sementara jin dan manusia akan mati.” (HR. Bukhari no. 7383 dan
Muslim no. 2717)
24. Kisah seorang sahabat muda yang membunuh ular jadi-jadian
yang ada di rumahnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim.
‘Alamul Jinni wa asy-Syayathiin, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar.
25. Rasulullah Shallollohu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Jin terdiri dari tiga kelompok;
satu kelompok memiliki sayap dan mereka terbang di udara, satu kelompok
berbentuk ular dan satu kelompok tidak menetap dan berpindah-pindah.”Hadits
Abu Tsa’labah radiyallohu anhu, yang diriwayatkan oleh Ath Thabrani
(22/214-215) No. 573, Al Baihaqi dalam “Al Asma wa Ash Shifat” (827), Al Hakim
(2/456) dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah dalam ta’liqnya
terhadap Kitab “Al Misykaat” (4148) dan Syaikh Kami Al Wadi’i Rahimahullah
dalam “Ash Shahiih Al Musnad Mimma Laisa Fii Ash Shahihain” (1213)
26. Ibn Taymiyyah, al-Furqān bayna awliyā’ al-Raḥmān
wa-awliyā’ al-Shayṭān ("Essay on the Jinn"), diterjemahkan oleh
Abu Ameenah Bilal Phillips.
27. Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin.
28. Kisah dari Abu Hurairah,
bahwa dia pernah membawakan sebuah kantung air terbuat dari kulit untuk wudhu'
dan hajat nabi, dan dia mengikuti beliau dengan membawa kantung air tersebut,
beliau bertanya: "Siapakah
ini?". Ia menjawab;"Saya
Abu Hurairah". Maka
beliau berkata:"Carikanlah aku beberapa batu untuk aku gunakan sebagai
alat bersuci dan jangan bawakan aku tulang dan kotoran hewan". Kemudian aku datang dengan membawa
beberapa batu dengan menggunakan ujung bajuku dan meletakkannya di samping
beliau. Kemudian aku pergi. Ketika beliau telah selesai, aku berjalan bersama
beliau bertanya; "Kenapa
dengan tulang dan kotoran hewan?". Beliau
menjawab: "Keduanya
termasuk makanan jin, dan sesungguhnya pernah datang kepadaku utusan jin dari
Nashibin, dia adalah sebaik-baik jin, lalu mereka meminta kepadaku tentang
bekal. Maka aku memohon kepada Allah untuk mereka agar mereka tidak melewati
tulang dan kotoran hewan melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan". (HR.Al-Bukhari no 3571)
29. Kisah dari Amir dia berkata, "Saya bertanya kepada
Alqamah, Apakah dahulu Ibnu
Mas'ud menyaksikan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam malam jin? Perawi berkata, 'Lalu Alqamah berkata,
'Aku bertanya Ibnu Mas'ud, lalu aku berkata, Apakah
salah seorang dari kalian hadir bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pada malam jin? Dia menjawab, Tidak, akan tetapi kami pernah pada
suatu malam bersama Rasulullah, lalu kami kehilangan beliau sehingga kami
mencarinya di lembah dan setapak jelan ke gunung. Maka kami berkata, Jin membawanya pergi atau
membunuhnya secara sembunyi-sembunyi. Maka kami bermalam dengan malam yang jelek yang para
sahabat turut bersama melalui malam itu. Pada pagi harinya, tiba-tiba beliau datang
dari arah Hira'. Perawi berkata, "Kami berkata, Wahai Rasulullah, kami telah
kehilanganmu, lalu mencarimu, maka kami tidak mendapatkanmu hingga kami
bermalam pada malam yang jelek yang para sahabat turut bersama melalui
malam-malam itu. Beliau
menjawab, Seorang dari
kalangan jin mendatangiku, maka aku pergi bersamanya, lalu aku membaca Al-Qur'an
di hadapan mereka.Perawi berkata, 'Lalu beliau beranjak pergi bersama kami
untuk menunjukkan jejak-jejak mereka dan jejak perapian mereka, dan mereka
meminta kepadanya bekal, maka beliau bersabda, Kamu mendapatkan setiap tulang yang
disebutkan nama Allah atasnya (ketika disembelih), yang mana di tangan kalian
lebih banyak menjadi daging dan setiap kotoran hewan adalah makanan untuk hewan
tunggangan kalian.' Lalu
rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Maka janganlah kalian beristinjak
dengan keduanya (maksudnya kotoran hewan dan tulang), karena keduanya adalah
makanan saudara kalian." Dan
telah menceritakan kepadaku tentangnya Ali bin Hujr as-Sa'di telah menceritakan
kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Dawud dengan sanad ini hingga sabda beliau, "Dan jejak perapian
mereka."Asy-Sya'bi berkata, "Mereka
meminta bekal kepada beliau, dan mereka adalah berasal dari kalangan jin
al-Jazirah." (Shahih
Muslim no 682)
30. Hadis dari Jabir di atas menegaskan hal ini, tapi apabila
dia tidak mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat
menginap’, dan jika dia tidak
mengingat Allah ketika makan maka setan akan mengatakan:‘Kalian mendapatkan
tempat menginap dan makan malam’.” (HR.
Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)
31. Nabi Muhammad bahwa bila masuk masjid biasa berdoa (yang
artinya): "Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, kepada Wajah-Nya
yang Maha Mulia, dan kepada kekuasaan-Nya yang ada tanpa permulaan, dari setan
yang terkutuk. Perawi hadits bertanya kepada gurunya, “Apa hanya itu saja yang
beliau ucapkan?” Dijawab, “Ya.” Nabi saw bersabda, “Ketika seseorang mengucapkan doa
itu, setan berkata, “Dia telah diberi penjagaan dari godaanku sepanjang hari
ini.” (HR Abu Dawud dari
hadits Ibnu 'Amr ra; hadits shahih)
32. 'Abdullah bin 'Umar bila duduk saat shalat, beliau
meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya, dan berisyarat
dengan jari (telunjuk)nya, dan mengarahkan pandangannya ke jari telunjuk.
Kemudian dia berkata, "Rasulullah saw bersabda: Sungguh (jari telunjuk)
itu lebih keras bagi setan daripada besi." Yang beliau maksud
adalah jari telunjuk. HR Ahmad; hasan.
33. 'Utsman bin Abil 'Ash datang kepada Nabi saw lalu mengadu,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan menghalangiku dari shalatku dan
bacaanku; dia merancukan bacaanku." Rasulullah saw menasihatkan, "Itu
adalah setan yang bernama Khinzib. Bila Anda mendapati hal itu, maka
berlindunglah kepada Allah dan meludahlah ke arah kiri 3 kali." 'Utsman
berkata, "Aku pun melakukan itu, lalu Allah menghilangkan gangguan itu
dariku." (Hadits riwayat Muslim)
34. Rasulullah Saw menganjurkan agar setiap kali masuk ke WC,
terlebih dahulu membaca doa sebagai permohonan perlindungan kepada Allah dari
gangguan setan laki-laki dan setan perempuan. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam hadits berikut ini: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet
itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara kalian masuk
WC, maka katakanlah: Allahumma Inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya
Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin
perempuan." (HR.
Abu Dawud no.6, Nasa'I, Ibnu Majah dan Ahmad).
35. Anas bin Malik r.a. berkata, "Iblis telah bertanya pada Allah, katanya: "Wahai Tuhanku! Engkau telah
memberikan anak Adam tempat kediaman untuk mereka berteduh dan berzikir
kepada-Mu, oleh itu tunjukkanlah padaku tempat kediaman untukku." Firman Allah: "Tempat kediamanmu adalah di
dalam tandas." "Wahai
Tuhanku, Engkau telah berikan anak Adam berkumpul di masjid, di manakah pula
tempatku berkumpul?" "Tempatmu
berkumpul ialah di pasar-pasar, pesta, pusat membeli-beli, kelab malam, tempat
hiburan serta majlis-majlis maksiat."
36. Dari Abu Hurairah r.a. behwasanya Rasulullah SAW
bersabda: "Janganlah
kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya setan akan lari
dari rumah-rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah." (HR. Muslim:780 - Shahih
Muslim:752, At-Turmudzi 2877)
37. Sahabat Ibnu Mas’ud mengatakan:“Sesungguhnya setan,
apabila mendengar surat Al-Baqarah dibacakan dalam rumah, maka dia akan keluar
dari rumah itu.” (HR.
Ad-Darimi 3422, At-thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 8642)
38. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Apabila ada orang yang masuk rumah,
kemudian dia mengingat Allah ketika masuk, dan ketika makan, maka setan akan
mengatakan (kepada temannya): ‘Tidak ada tempat menginap dan tidak ada makan
malam.’ Tapi apabila dia tidak mengingat Allah (bismillah dan jangan lupa
ucapkan salam) ketika masuk, maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat
menginap’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)
39. Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua tempat di bumi ini
adalah masjid (dapat digunakan untuk shalat atau bersujud) kecuali kamar mandi
dan kuburan”. (HR. Abu Daud no. 492 dan At-Tirmizi no. 317, seta dinyatakan
shahih oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’: 1/320)
40. Ibnu Taimiyah menulis bahwa jin banyak berada di
tempat-tempat kumuh, yang di dalamnya terdapat najis, seperti tempat pembuangan
sampah dan kuburan.
41. Dari Salman r.a. ia berkata: "Bersabda Rasulullah
SAW: "Sungguh jika kamu
mampu, janganlah engkau menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan
terakhir kali keluar darinya, karena sesungguhnya pasar adalah medan peperangan
setan dan di dalamnya ia menancapkan bendera." (HR. Muslim:2451)
42. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Shalatlah kalian di
kandang kambing dan jangan kalian shalat di tempat menderumnya unta.” (HR. At-Tirmizi no. 348)
43. Dari Abdullah bin Mughaffal Al Muzani dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalatlah kalian di kandang
kambing dan jangan shalat di kandang unta, sebab ia diciptakan dari setan.” (HR. An-Nasai, Ibnu Majah,
dan Ahmad)
44. "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat di
kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang
domba karena dia itu membawa berkah." (HR. Muslim, Abu Dawud dan
Ibnu Majah)
45. Dari Abdullah bin Mughofal r.a., ia berkata:"Rasulullah
SAW telah melarang kami untuk melakukan sholat di kandang-kandang unta dan
tempat-tempat menderumnya, karena ia diciptakan dari setan-setan." (Shahih Sunan Abu Dawud,
No.184/493)
46. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Mas'ud r.a. yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim: "Pada suatu malam kami bersama Rasulullah
SAW, lalu kami kehilangan beliau lantas kamipun mencari beliau di lembah-lembah
dan gang-gang. Kami mengatakan "Rasulullah SAW telah diculik." Maka
kamipun tidur malam dengan sejelek-jelek malam yang suatu kaum bermalam dengannya.
Tatkala tiba waktu pagi hari, tiba-tiba beliau datang dari arah Haro', maka
kami mengatakan: "Ya
Rasulullah, kami kehilangan anda dan kami mencari anda namun kami tidak
menjumpai anda, lantas kami bermalam dengan sejelek-jelek malam yang suatu kaum
bermalam dengannya." (Mendengar
ucapan tersebut) maka Rasulullah menjawab: "Datang
kepadaku seorang yang mengundang dari kalangan jin, maka akupun pergi
bersamanya dan aku membacakan Al-Qur'an kepada mereka."(HR.Muslim,
1007)
47. Rasulullah Saw mengajarkan bahwa apabila seseorang keluar
dari rumah, atau melewati lembah, tempat angker hendaklah membaca doa
sebagaimana tercantum dalam hadits berikut: "Rasulullah Saw bersabda: "Kalau saja seseorang di
antara kalian keluar rumah lalu berdoa: Audzu bikalimatillahit tammati min
syarri ma khalaq (Aku berlindung kepada Allah dengan perantaraan kalimah Allah
yang sempurna dari kejahatan makhluknya), maka ia tidak akan diganggu
sedikitpun sejak ia berada di rumah itu sampai ia meninggalkannya". (HR. Ibnu Majah dengan sanad
yang shahih)
48. Dari Jabir r.a. ia berkata: rasulullah bersabda:"Sesungguhnya
Iblis meletakkan singgasananya di lautan. Dari sana dia mengirim pasukannya
untuk membuat fitnah (mengacau atau membencanai) umat manusia. Maka siapa yang
lebih besar membuat bencana, dialah yang lebih besar jasanya (terhormat) di
kalangan mereka".(HR.Muslim: 2813-Shahih Muslim: 2408)
49. Syekh Abdul Mu’nim Ibrahim, tempat hidupnya jin adalah
tempat yang sepi, tetapi ada pula beberapa jin yang hidup di pulau-pulau tengah
laut, padang pasir, tempat sampah atau tempat yang rusak dan di antara mereka
ada juga yang hidup bersama manusia.
50. Dari Qatadah, dari Abdullah bin Sirjis, bahwa
sesungguhnya Nabi SAW melarang seseorang melakukan kencing di lubang. Meraka
bertanya kepada Qatadah: "Mengapa dibenci kencing di dalam lubang?"
Ia menjawab: "Dikatakan,
bahwasanya ia adalah tempat-tempat tinggal jin".(Abu Daud: 29)
51. “Apabila salah seorang berada di tempat yang terbuka atau
di tengah matahari sedang bersinar, lalu bayangan yang meneduhinya bergerak
sehingga sebahagian dari dirinya terletak di tempat panas dan sebahagian lagi
di tempat sejuk, maka hendaklah dia berdiri (meninggalkan tempat itu)”.(H.R. Abu Hurairah)
52. Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu, pernah diperintahkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghancurkan Uzza. Pohon keramat yang
disembah orang musyrik jahiliyah. Setelah Khalid bin Walid menebang ketiga pohon yang dikeramatkan di tempat itu, dan
membantai setiap orang yang mencoba menghalangi, beliau menghadap Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: “Kembali, kamu belum melakukan
apapun.” Khalid pun segera
kembali. Tiba-tiba banyak orang naik ke bukit. Mereka memanggil-manggil; “Wahai
Uzza, Wahai Uzza.” Khalid pun mendatanginya. Ternyata ada wanita telanjang,
rambutnya terjuntai, di atas kepalanya ada pasirnya. Khalid dengan sigap
menusukkan pedangnya, sampai dia mati. Setelah diceritakan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Itulah Uzza”. (HR.
Nasai dalam Sunan al-Kubro 11547, al-Mushili dalam Musnad-nya 866).